GROBOGAN.NEWS Kudus

Inilah Tujuh Belas Tim Lintas Sektor untuk Percepat Pembangunan Lintas Sektor

Bupati Kudus, Hartopo, membentuk tujuh belas tim lintas sektor dalam rapat yang dilaksanakan di Pendopo Belakang Kabupaten, Selasa (11/5). Ist

KUDUS, GROBOGAN.NEWS-Pemerintah Kabupaten Kudus menggagas program Gerakan Kudus Gasik dalam penataan facade city.

Upaya ini merupakan langkah awal pemerintah daerah setempat dalam menata kawasan perkotaan untuk mendukung sektor pariwisata.

Sebagai bentuk keseriusan, Bupati Kudus, Hartopo, membentuk tujuh belas tim lintas sektor dalam rapat yang dilaksanakan di Pendopo Belakang Kabupaten, Selasa (11/5).

Hartopo mengungkapkan, Kudus Gasik adalah konsep operasional yang akan diadopsi sebagai produk kebijakan.

Untuk mempersiapkan hal tersebut, dirinya melakukan koordinasi dengan OPD terkait dalam menangani berbagai persoalan terkait penataan kota.

Setidaknya, terdapat tujuh belas persoalan yang dijabarkan dalam pertemuan tersebut.

“Kami mengamati setidaknya ada tujuh belas persoalan yang perlu ditangani lebih awal. Maka dari itu, kami bentuk tujuh belas tim lintas sektor agar lebih fokus dalam penyelesaian masalah,” jelasnya.

Kudus Gasik merupakan inovasi yang terlahir di tengah pandemi. Program tersebut bertujuan agar pembangunan kota dapat tetap berjalan tanpa terlalu membani anggaran yang terkena refocusing.

Oleh sebab itu, Bupati Hartopo meminta OPD terkait untuk aktif dan kreatif dalam percepatan pembangunan.

“Satukan OPD untuk kolaborasi, kondisi pandemi seperti ini kita jangan hanya diam. Ayo kita singsingkan lengan baju dan bergerak di dalam percepatan pembangunan Kudus,” ujarnya.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, Kudus Gasik mengawali kegiatan penataan kota dengan membersihkan sekaligus menata akses jalan di beberapa makam.

Hal ini diharapkan dapat mengubah kesan menyeramkan pada makam menjadi tempat yang nyaman untuk publik.

“Semua akan kita tata dalam penataan kota, contoh kemarin yang sudah kita tata adalah makam. Nanti integrasi sampai ke makam di desa-desa. Sehingga makam tidak terkesan menyeramkan namun justru menjadi tempat publik, bersih dan jalan tertata, ada penerangan. Dengan harapan pedagang-pedagang dapat berjualan di dekat makam,” pungkasnya.Nor Ahmad