KRADENAN, GROBOGAN.NEWS-Alunan lagu Caping Gunung itu mengalun merdu dari mulut legenda Tayub Grobogan, Lasmi Sulastri. Lagu itu dinyanyikan khusus untuk menyambut tamu spesial yang mengunjunginya, yaitu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo
“Sugeng rawuh Pak Ganjar, monggo pinarak (selamat datang pak Ganjar, silahkan duduk),” sapa Lasmi pada Ganjar usai menyanyikan lagu untuk menyambut tamunya itu.
Ganjar pun langsung duduk lesehan di atas tikar. Tak ada kursi, meja, atau ornamen menonjol di rumah sederhana di Dusun Sambong Harjo, Desa Kalisari, Kecamatan Kradenan Grobogan itu. Hanya gambar sepasang penari tayub dan sebuah foto Lasmi semasa muda yang terlihat menghiasi sisi salah satu dinding ruangan.
Di rumah itu Ganjar dan Lasmi terlibat perbincangan hangat. Diselingi canda tawa, Ganjar mendapat banyak cerita tentang masa lalu Lasmi yang moncer di dunia seni pada zamannya. Ganjar bahkan sempat meminta Lasmi melantunkan beberapa tembang, dan Lasmi begitu saja menurutinya dengan gembira. Sesekali, di sela-sela menyanyi, Lasmi berkisah tentang perjalanan hidupnya.
“Kula mpun (saya sudah) 41 tahun Pak berkecimpung di kesenian. Mulai dari karawitan, sinden wayang, ketoprak dan tayub. Ya nguri-nguri kabudayan jawi (melestarikan budaya Jawa) Pak, dari dulu sampai sekarang,” ujar waranggono berusia 61 tahun ini. Waranggano adalah sebutan untuk pesinden tunggal dalam pagelaran wayang atau karawitan.
Lasmi mengatakan, ia pernah tampil dengan bayaran hanya Rp15.000 untuk tiga orang. Zaman itu, bayaran sejumlah itu sudah sangat besar. Dan dari sana, ia terus menekuni dunia seni tayub hingga sukses dan terkenal. Ia bahkan pernah beberapa kali mengikuti sejumlah rekaman.
“Riyen laris pak, mboten nate prei (dulu terkenal dan banyak undangan manggung, tidak pernah libur). Keliling ke sejumlah tempat, ikut rekaman dan lain-lain,” terangnya.
Tidak hanya mahir menyanyi, Lasmi bahkan mampu menciptakan lagu karyanya sendiri. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah ‘Rondo Ngguguk’ yang kemudian ia perdengarkan pada Ganjar, beserta beberapa lagu lain yang ia catat dalam sebuah buku usang.
Namun seiring berjalannya waktu, popularitas Lasmi kian meredup. Usianya yang tidak lagi muda, membuatnya jarang mendapat undangan pentas.
Nasib membawa Lasmi mengamen keliling daerah untuk menopang hidup. Di rumahnya, ia tinggal sendiri. Anak semata wayangnya tinggal di luar kota, dan terkadang masih mengirim uang untuk Lasmi.
“Kulo ngamen pak, soalnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lha sampun sepuh pak, mpun mboten payu (sudah tua, tidak laku lagi),” candanya.
Ganjar pun tetap menyemangati Lasmi. Ia meminta Lasmi tetap semangat melestarikan kebudayaan Jawa dan menularkan kepada anak-anak.
“Tetap semangat Mbak, jangan patah semangat. Coba njenengan (Anda) rekaman dan di upload ke internet. Apalagi sekarang puasa, lagi pandemi. Sudah, Mbak Lasmi di rumah saja, mengarang lagu terus direkam lalu di upload ke youtube,” kata Ganjar.
Tidak hanya itu, Ganjar bahkan bersemangat mengajak Lasmi suatu saat hadir dalam acara Panggung Kahanan, pentas musik yang dibuat Ganjar untuk mewadahi seniman Jawa Tengah. Acara itu akan dihelat di beberapa tempat selama Ramadan.
“Sampean bisa mencoba tampil di Panggung Kahanan. Bisa lho, njenengan tampil (di acara itu) nanti” tegas Ganjar menyemangati. Satria