GROBOGAN.NEWS Kudus

Saat Nusron Wahid Mengubah Pesantrennya Jadi Rumah Sakit Darurat untuk Isolasi Mandiri untuk Pasien Covid-19

Nusron Wahid saat menghadiri pengumuman kepengurusan baru Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, 22 Januari 2018. Nusron Wahid menjabat sebagai Korbid Pemenangan Pemilu Jawa Kalimantan di Partai Golkar. TEMPO/Subekti.

KUDUS, GROBOGAN.NEWS-Anggota DPR RI Nusron Wahid telah mengubah Pesantren Nashrul Ummah yang dipimpinnya dan beberapa pesantren menjadi tempat penampungan dan rumah sakit darurat untuk isolasi mandiri warga yang positif Covid-19 di Kabupaten Kudus.

“Karena persebaran tinggi, rumah sakit tidak muat lagi. Banyak yang kena Covid-19 isolasi di rumah. Akan tetapi malah menularkan keluarga yang lain di rumah. Ini bahaya. Perlu terobosan,” kata Nusron, Kamis (17/6/2021).

Anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Tengah II (Kudus, Jepara, dan Demak) ini mengatakan Pesantren Nashrul Ummah di Desa Mejobo, Kabupaten Kudus secara fisik layak untuk tempat isolasi mandiri warga yang positif Covid-19.

“Kami akan ajak pesantren-pesantren lain yang mau untuk sementara dijadikan shalter dan rumah sakit darurat,” ujar Nusron Wahid.

Politikus Partai Golkar itu pun meminta tim asistensi dari BUMN Indonesia Health Care atau perusahaan pelat merah yang mengelola rumah sakit.

“Mereka sudah pengalaman karena mengelola 72 RS BUMN. RS Pertamedika, Pelni, dan RS top lainnya. Saya terima kasih dan syukur alhamdulillah Bu Fathimah (Dirut IHC) mau menurunkan tim untuk supervisi,” kata mantan Ketua Umum GP Ansor ini.

Nusron menjelaskan saat ini shelter dan RS darurat tersebut sedang tahap pembenahan fisik agar nyaman.

“Tempat tidur yang layak sudah kami datangkan. Sekarang perbaikan kamar tidur, kamar mandi, AC, shower, dan lainnya agar bagus dan bersih. Pokoknya tidak kalah dengan RS portabel,” katanya.

Menurut dia, tidak ada yang mengetahui kapan berakhirnya pandemi Covid-19. Oleh karena itu, dia tetap berikhtiar bagaimana bisa membantu masyarakat dan pemerintah.

“Pokoknya kalau ada yang gejala ringan agar tidak menular bisa masuk ke shelter dan RS darurat ini,” ujarnya.

Ia menyebutkan rumah sakit darurat dan lokasi isolasi mandiri di pesantren sanggup menampung hingga 100 orang. Untuk operasional sehari-hari, Nusron akan meminta bantuan RS rujukan yang sudah mapan.

“Saat ini IHC sudah bersedia. Tinggal kami jalin komunikasi dengan klinik dan RS yang sudah mapan yang terdekat,” ujarnya.

Selain itu, Nusron mengajak para sukarelawan, baik tenaga nakes maupun nonnakes untuk ikut membantu.

“Untuk sukarelawan nakes, kami akan minta para mahasiswa STIKES dan alumni STIKES yang belum jadi perawat. Minimal ada tenaga yang mengerti dan bisa membantu,” kata Nusron.

“Intinya, daripada penderita Covid-19 tinggal di rumah dan potensi interaksi dengan keluarga dan pihak lain tinggi, kami tawarkan masuk dan isolasi mandiri di pesantren dengan suasana rumah sakit,” ujar Nusron Wahid ihwal mengubah pesantren di Kudus menjadi lokasi isolasi mandiri.