GROBOGAN.NEWS Semarang

Bupati Ngesti Dorong Warga Budidayakan Tanaman Porang, Ada Apa?

Bupati Semarang Ngesti Nugraha saat melaksanakan kunjungan dalam kegiatan panen tanaman porang di wilayah Pabelan belum lama ini.

UNGARAN, GROBOGAN.NEWS-Dulunya sebagian orang menganggapnya tanaman porang salah satu tanaman yang diabaikan.

Tanaman porang saat ini menjadi komoditas primadona yang sedang digeluti banyak orang.

Budidaya tanaman porang kini semakin diminati para petani. Selain bernilai ekonomis tinggi, juga memiliki banyak khasiat dan kegunaanya.

Tanaman sejenis umbi-umbian tersebut mencuri perhatian petani, setelah harga porang iris kering terus melonjak dari tahun ke tahun.

Untuk diketahui, umbi porang memiliki pasar ekspor, seperti Jepang, China, Taiwan, Vietnam, Australia, dan Korea.

Di pasar ekspor, umbi porang yang diolah menjadi tepung memiliki nilai jual tinggi.

Tak hanya memiliki harga jual tinggi untuk eksport, tanaman yang termasuk jenis iles-iles ini juga memberi segudang manfaat bagi kesehatan.

Seperti halnya di Kabupaten Semarang. Saat ini,  Pemerintah Kabupaten Semarang akan terus mendorong petani untuk menanam porang (Amorphophallus muelleri) yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Bupati Semarang Ngesti Nugraha menyampaikan, di lahan seluas satu hektare, petani dapat menghasilkan rata-rata 70 ton umbi porang dalam sekali panen.

Padahal, harganya mencapai Rp7.500 per kilogramnya, atau lebih.

Bahkan, tanaman yang dikenal juga dengan nama iles-iles itu, ternyata juga menjadi komoditas ekspor.

“Petani akan didampingi untuk menanam porang termasuk cara tanam yang baik dan pemasarannya. Diharapkan, hasilnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani,” kata bupati saat panen perdana tanaman porang di lahan milik kelompok tani “Sendang Mulyo 5” Dusun/Desa Tukang, Pabelan, belum lama ini.

Bupati optimistis, budidaya tanaman Porang akan berhasil di Kabupaten Semarang.

Pasalnya, potensi pengembangan, terutama lahan sangat mendukung.

Selain di Pabelan, lanjut bupati, para petani di Tuntang, Banyubiru, dan beberapa kecamatan lainnya mulai melirik tanaman yang dulu dianggap tidak berharga ini untuk ditanam.

Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang Wigati Sunu yang menjelaskan, tanaman porang termasuk komoditas yang mudah ditanam.

Selain tidak memerlukan perawatan khusus, tanaman umbi-umbian ini juga dapat ditanam di lahan marginal atau lahan kosong yang kurang produktif.

Bahkan dapat ditanam di bawah tanaman tegakan seperti mahoni dan sengon.

“Ini tren tanaman baru yang sangat potensial karena bernilai ekonomi tinggi. Sudah banyak petani yang mulai menanam,” terangnya.

Data di Dispertanikap, lanjutnya, ada 341 kelompok tani yang menanam porang di lahan seluas 162.667 hektare yang tersebar di 14 kecamatan. Sedangkan luasan panen sampai akhir semester I 2021 mencapai 15.306 hektare.

Ketua kelompok tani “Sendang Mulyo 5” Sudadi (45), mengaku sudah menanam porang secara mandiri sejak 2019 lalu. Sekali panen di lahan seluas satu hektare, pendapatan kotor yang diperolehnya bisa mencapai Rp500 juta lebih.

“Saya bisa panen 80 ton umbi Porang. Dengan harga Rp7 ribu per kilogram, lumayan pendapatannya,” terangnya.

Sedangkan 30 anggota kelompok tani yang dipimpinnya, baru mulai menanam Oktober 2020 lalu.

Disampaikan, panen perdana oleh bupati kali ini di lahan seluas 0,5 hektare dan menghasilkan kurang lebih 75 ton umbi porang. Menariknya lagi, seluruh hasil panen sudah pasti terserap habis di pasar.

Meski hasilnya lebih bagus, Sudadi dan kawan-kawan tidak meninggalkan padi sebagai tanaman pokok. Menurutnya, porang menjadi pilihan menambah pendapatan di masa pandemi seperti saat ini.