GROBOGAN.NEWS Semarang

Langkah Gubernur dalam Memberantas Korupsi Dapat Apresiasi GMPK Jateng, Gubernur Ganjar Lantik Siswa Jadi Agen Antikorupsi Jateng

Ketua GMPK Jawa Tengah, Edy Susanto saat memimpin Rapat Kerja Wilayah GMPK yang digelar di Kota Semarang 9-10 Desember 2021 kemarin. Foto : Istimewa

SEMARANG, GROBOGAN.NEWS-Langkah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang melibatkan Pelajar SMA/SMK menjadi agen anti korupsi mendapat tanggapan dari Gerakan Masayarakat Perangi Korupsi Jawa Tengah.

Program yang digulirkan Gubernur Ganjar bertepatan dengan momentum Hari anti korupsi jauh pada tanggal 9 Desember 2021 lalu.

“Kami mengapresiasi langkah pak Ganjar,” ucap Ketua GMPK Jawa Tengah, Edy Susanto di sela-sela Rapat Kerja Wilayah GMPK yang digelar di Kota Semarang 9-10 Desember 2021 kemarin.

“Tentunya ini jangan hanya retorika pada hari anti korupsi, harus kita lanjutkan dan terus suarakan. Kita akan dukung penuh,” ucap Edy lebih lanjut.

“Kita sepakat bahwa korupsi adalah musuh kita bersama. Harus kita perangi bersama. Kosupsi adalah perilaku. Ini tentang kesadaran diri, bahwa mengambil milik orang lain adalah salah dan dosa,”sambung dia.

Sementara itu dalam rakerwil GMPK Jateng yang juga dilaksanakan bertepatan dengan hari anti korupsi menghasilkan kesepakatan bahwa GMPK akan fokus pada upaya pencegahan dengan membangun komunitas berintegritas yang anti korupsi.

Seperti Pelajar anti korupsi, mahasiswa anti korupsi dan pemuda anti korupsi. GMPK juga akan bersinegi dengan pemerintah bagaimana mengimplementasikan Peraturan Gubernur Nomor 10 tahun 2019 tentang implementasi pendidikan anti korupsi.

Lebih detail, Edy melanjutkan, menurut GMPK sejak dikeluarkannya Pergub pelaksanaannya belum begitu jelas. Menurut dia, sudah ada beberapa SMA/SMK di Jawa Tegah yang membranding diri sebagai sekolah berintegritas. Jangan hanya berkutat pada kantin kejujuran, kemudian kegiatan-kegiatan ekstakulikuler saja.

GMPK sepakat nilai-nilai anti korupsi itu diwujudkan dengan pembentukan karakter. Kurang apa karakter pada pondok pesantren, toh ketika jadi pejabat masih ada yang ketangkap korupsi. GMPK akan mencoba mengajak diskusi pihak2 sekolah yang brandingnya sekolah berintegritas.  Pertemuannya bisa difasilitasi Dinas Pendidikan.

“Melihat semangat Pak Gajar kemarin,  GMPK akan mencoba menindaklanjuti dengan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.  Harus ada upaya nyata, yaitu pendidikan anti korupsi masuk dalam jam pelajaran, Kita buat kurikulumnya, sehingga implementasinya jelas,” terang dia.

“Kita duduk bareng dan diskusi bareng. GMPK ada beberapa modul tentang anti korupsi. Kalo ini bisa dikolaborasi dengan apa yang sudah dilakukan sekolah berintegritas, kemudian dirumuskan bersama menjadi kurikulum tentu akan lebih implementatif,” jelas dia lebih lanjut.

Jadi pendidikan anti korupsi, lanjut Edy, bisa masuk di dalam pelajaran. Satu minggu 2 jam pelajaran saja. Atau 1 bulan 2 jam pelajaran. Para pelajar harus paham apa itu korupsi, akar permasalahan korupsi dan juga jenisnya. Kalau perlu data korupsi dalam rentang waktu tertentu. Ketidakpahaman tentang korupsi menjadikan budaya membenarkan yang biasa, bukan membiasakan yang benar.

“Harus tahu yang benar dan salah. Pendidikan politik juga bisa masuk dalam materi. Siswa harus paham juga bagaimana dampak politik uang dalam pemilu. Kita tunjukkan fakta-fakta yang selama ini salah tapi dianggap benar dan bahkan menjadi budaya,” tandas Edy.

Gubernur Ganjar Lantik Siswa Jadi Agen Antikorupsi Jateng

Sebelumnya diberitakan, Hari Antikorupsi diperingati Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan melantik siswa agen antikorupsi Jawa Tengah. Pelantikan dilakukan secara simbolis terhadap empat siswa di Aula SMA 15 Semarang, Kamis (9/12) kemarin.

Sedangkan siswa dari sekolah lain di Jawa Tengah mengikuti pelantikan secara daring.

Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk program Gubernur Mengajar yang sempat terhenti karena pandemi.

“Karena bertepatan dengan Hari Antikorupsi, maka saya sekalian mau cek apakah pendidikan antikorupsi sudah jalan atau belum. Ternyata di beberapa sekolah sudah jalan dan yang belum kita dorong,” katanya.

Pendidikan antikorupsi lanjut Gubernur tidak perlu dimunculkan lewat mata pelajaran atau kurikulum baru. Pendidikan ini bisa diinternalisasikan pada mata pelajaran dan banyak kegiatan.

“Diinternalisasikan lewat PPKN bisa, MTK apalagi pendidikan agama pasti bisa. Caranya juga mudah, bisa buat kantin kejujuran, dan lainnya,” terangnya.

Pada acara pelantikan tersebut siswa yang terpilih sebagai agen antikorupsi selain mendapat stiker bertulisan “Mak Izinkan Anakmu Jadi Musuh Koruptor” mereka juga mendapat sebuah pin bertuliskan “Agen Perubahan Antikorupsi”

Mereka terlihat bangga dan gembira dengan tugas yang mereka emban. Usai pelantikan, para siswa serentak berikrar untuk melaporkan setiap temuan indikasi korupsi langsung kepada Gubernur.

“Kami pelajar Jawa Tengah berjanji, setia pada Pancasila dan NKRI, menjadi agen antikorupsi dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab. Mengembangkan sikap kejujuran baik dalam ucapan maupun perbuatan. Mensosialisasikan gerakan anti korupsi di lingkungan pertemanan, sekolah maupun keluarga. Mengawasi setiap indikasi korupsi yang ditemui dan melaporkan langsung kepada Gubernur Jawa Tengah,” ucap mereka serempak.

Usai acara salah satu pelajar, Fernandi menjelaskan bahwa dia tertarik untuk jadi agen antikorupsi karena sadar bahwa korupsi itu harus diberantas sampai akarnya. Hal itu tidak bisa dilakukan oleh aparat penegak hukum semata, namun harus melibatkan semua pihak termasuk anak-anak.

“Hari ini saya mau jadi agen antikorupsi karena bisa ikut andil dalam upaya pemberantasan korupsi. Kami bawa sticker ini intinya meminta izin pada orang tua untuk memberantas korupsi. Kami menganggap koruptor itu jahat, merugikan negara dan masyarakat. Jadi harus diberantas dan dilawan semuanya,” tegasnya mantap.

Siswa agen antikorupsi lainnya yang juga mengikuti pelantikan tersebut, Rahmandana, juga memiliki alasan senada.

“Korupsi itu mengambil hak orang lain yang bukan miliknya, dan itu perbuatan tidak baik yang tidak boleh dilakukan siapapun. Kita sebagai anak muda, bisa ikut mencegah praktik korupsi mulai dari hal sederhana di sekolah atau di rumah.”

Maka dirinya senang ketika para pelajar itu mau jadi agen antikorupsi. Sebab, semangat antikorupsi harus dilakukan sejak dini.

“Kalau sejak anak-anak mereka bisa menjadi agen antikorupsi, maka mereka akan saling mengingatkan. Kalau mereka menjadi agen, mereka tidak hanya melapor, tapi jadi pelopor. Harapan kita anak-anak kelak terbiasa dengan gaya hidup bersih baik di pikiran maupun perbuatan,” pungkasnya.

Melihat kesungguhan para agen antikorupsi ini Gubernur terlihat bangga. Pada mereka Gubernur meminta agar merekanterus mengasah kepekaan terhadap indikasi korupsi yang ada di lingkungan sekitar mulai dari hal-hal sederhana.

“Kalian hebat, terus semangat jadi agen antikorupsi baik di sekolah, di rumah atau di masyarakat. Mulailah dari hal yang sederhana, jujur, tidak nyontek, tidak bolos dan lainnya,” pungkasnya. RIS