SEMARANG, GROBOGAN.NEWS-Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengingatkan pentingnya memiliki guru yang tepat dalam proses mencari ilmu. Keberadaan guru yang baik, penting untuk menjauhkan murid dari pemahaman-pemahaman yang sesat.
Hal itu disampaikan Taj Yasin saat menjadi motivator pada kegiatan Akhirussanah SMP Al Azhar 23 Semarang secara virtual, beberapa waktu lalu.
Taj Yasin mengisahkan, dalam dunia Arab terdapat prosa yang isinya adalah “Mencintai ulama itu dimulai sebelum kita mencintai Rasulullah SAW.
Dan, mencintai Rasulullah SAW bisa mengantarkan cinta kita kepada Allah SWT”. Prosa itu dapat dimaknai, bahwa belajar ilmu apapun, tidak boleh potong kompas.
“Misalnya, apa yang diajarkan Allah SWT itu lewat Al-Qur’an, apa yang diajarkan Rasulullah itu (melalui) hadist, lalu semena-mena kita langsung saja potong kompas,” jelas Taj Yasin Maimoen.
“Kita langsung baca Al-Qur’an, baca hadist dengan terjemahannya dengan penafsiran, tanpa seorang (guru) pun. Sehingga itu akan (dapat) membuat kita sesat,” jelas Taj Yasin.
Maka, Taj Yasin menandaskan, apabila seseorang ingin belajar ilmu apapun, jangan sampai tanpa didampingi guru.
Dalam proses belajar menurutnya, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, mulai dari kecerdasan, ketekunan, guru, biaya, ridho Allah SWT dan orang tua, serta durasi waktu belajar yang panjang.
“Kalau kita melihat sejarah, kisah para wali, atau orang-orang yang mendapat ilmu dari Allah SWT, (prosesnya) sepertinya mudah. Tapi (sebenarnya) itu perlu usaha dan kerja keras,” katanya.
Taj Yasin menambahkan, belajar merupakan proses yang panjang. Selama proses itu, guru biasanya menemui kendala dengan murid.
Misalnya saja, murid yang tidak mudah paham dengan ilmu yang disampaikan. Jika menemui murid yang “istimewa”, dia berpesan agar guru tetap sabar membimbing.
Sehingga, murid tidak merasa dirinya menjadi beban bagi gurunya dan mereka tetap nyaman belajar.
Taj Yasin mencontohkan kesabaran Imam Syafi’i pada muridnya, Imam Buwaithi. Imam Syafi’i pernah menerangkan satu ilmu kepada Imam Buwaithi hingga harus mengulang sampai 40 kali.
Meski bukan tergolong orang yang pintar, berkat kesabaran guru dan ketekunan murid, Imam Buwaithi bahkan terpilih menjadi penerus estafet Imam Syafi’i yang madzabnya banyak menjadi pedoman bagi umat muslim di Indonesia hingga saat ini.
“Saya berharap antara guru dan murid punya kesabaran yang luas, dan keinginan yang tinggi. Sehingga bisa menghasilkan hasil yang diharapkan dengan baik,” pungkasnya.Arya