SRAGEN, GROBOGAN.NEWS – Tujuh hari sudah masa penantian itu berlangsung. Namun, kabar mengenai nasib jasad korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 asal Tangen, Sragen, Suyanto (40) dan Riyanto (32) belum ada kabarnya.
Penantian panjang hampir tujuh hari sejak kejadian Sabtu (9/1/2021) menghadirkan kisah duka mendalam.
Di Jakarta, sang ibunda, Wakiyem yang menunggu selama hampir tujuh hari, masih sering meratap dan menangis.
“Iya. Sejak kejadian, ibu dan bapaknya masih di Jakarta menunggu proses pencarian. Kadang ibunya kalau kelingan (teringat) masih sering menangis,” papar Sekdes Katelan, Paidi, Sabtu (16/1/2021).
Meski demikian, kondisi psikis kedua orangtuanya sudah sedikit mulai bangkit. Walaupun masih sering meratap, Wagiyo-Wakiyem, yang sempat drop berat di awal karena kehilangan dua anak sekaligus, kini berangsur mulai sedikit tegar.
Sementara, di rumah Riyanto dan Suyanto, hampir tiap malam warga menggelar yasinan dan doa bersama.
Orangtua hingga anak-anak hampir tiap malam tak henti berkumpul untuk menggelar yasinan dan mendoakan agar jenazah keduanya bisa segera ditemukan.
“Hampir setiap malam selalu kumpul, yasinan dan mendoakan agar segera ditemukan,” terang Paidi.
Informasi terbaru, untuk proses pemakaman jenazah semua korban pesawat Sriwijaya Air, akan ditanggung oleh negara.
Meski demikian, keluarga pun sedikit gamang jika nantinya jenazah atau bagiannya tak bisa ditemukan. Sebab yang dimakamkan memang lazimnya harus ada jenazah atau setidaknya bagian dari jenazah.
“Semoga segera ada yang cocok dengan DNA orangtua sehingga jenazah bisa segera ditemukan dan dibawa pulang,” tandas Paidi.
Suyanto (40) warga Dukuh Gunung Banyak RT 18, Katelan, Tangen dan adiknya, Riyanto (32) yang tinggal di Dukuh Tengaran RT 17, Desa Katelan, Tangen, diketahui merupakan penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh ke perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) lalu.
Keduanya sama-sama sudah berkeluarga dan anak satu. Mereka ternyata hendak terbang dari Jakarta menuju Pontianak karena mendapat borongan proyek pemasangan rolling door.
“Mereka pemborong, kakak adik. Ke Pontianak mau ngerjakan borongan pasang rolling door,” papar Sekretaris Desa (Sekdes) Katelan, Tangen, Paidi, Minggu (10/1/2021).
Paidi mengatakan keduanya memang sebelumnya sudah lama merantau di Pontianak.
“Mereka berangkat dari rumah sudah beberapa hari lalu, tanggal 30 Desember 2020. Di Jakarta istirahat dulu beberapa hari. Baru kemudian berangkat ke Pontianak kemarin siang naik Sriwijaya Air,” urainya.
Keduanya merupakan anak dari pasangan Wagiyo-Wakiyem. Kabar masuknya Suyanto-Riyanto di daftar penumpang, diketahui oleh adiknya yang ada di rumah.
Paidi menuturkan saat ada berita pesawat jatuh jurusan Pontianak, adiknya kebetulan langsung mengecek story di status WhatsApp (WA) kakaknya.
Ternyata status WA kakaknya memasang foto tiket keberangkatan. Setelah dicek dan dipastikan, ternyata informasi itu benar dan kedua kakaknya memang ada di daftar penumpang pesawat yang jatuh itu.
“Kebetulan story WA waktu kakaknya mau berangkat ke Pontianak itu yang dipasang adalah story tiket pesawat. Begitu ada informasi di TV ada kecelakaan pesawat, lalu adiknya langsung mencocokkan ternyata antara tiket dan pesawat yang jatuh itu sesuai. Kemudian dicari di daftar nama-nama, nama Suyanto dan Riyanto memang ada dan sesuai dengan yang bersangkutan,” tukasnya. Wardoyo
Berita ini sudah dimuat di https://joglosemarnews.com/2021/01/kisah-pilu-7-hari-penantian-jenazah-2-warga-sragen-korban-pesawat-sriwijaya-air-di-jakarta-ibunya-masih-meratap-di-rumah-warga-hingga-anak-anak-tak-henti-yasinan/