KUDUS, GROBOGAN.NEWS-Hujan deras mengguyur Kabupaten Kudus dalam beberapa hari terakhir. Bencana banjir pun melanda kawasan Kota Kretek tersebut.
Bahkan, pada Jumat (11/12) banjir meluas dan merendam sejumlah rumah warga di wilayah Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.
Tidak hanya itu, air juga menggenangi lahan persawahan seluas 1.643 hektare.
Kepala Pelaksana harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetyo, saat dikonfirmasi para awak media mengungkapkan, selain menggenangi lahan pertanian padi di sejumlah wilayah, genangan air juga terjadi di jalan Kayen-Kudus karena intensitas hujan tinggi sehingga saluran irigasi tidak mampu menampung volume air yang meningkat.
“Meskipun banjir di ruas jalan tersebut belum sampai ke permukiman penduduk, petugas terus melakukan pemantauan dan dikhawatirkan akan semakin membesar bila intensitas hujan terus meningkat,” teran dia, Jumat (11/12).
Lahan Padi Seluas 1.643 Hektare Terendam Banjir
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan (TPP) Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kudus, Dewi Masitoh, saat dikonfirmasi wartawan mengungkapkan, selain menggenangi lahan pertanian banjir juga merendam jalan alternatif Kayen-Kudus, tepatnya di Desa Kasiyan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.
“Ketinggian air 50 -100 sentimeter. Petugas kami telah mengerahkan pompa air untuk menyedot air guna menyelamatkan tanaman padi pada lahan pertanian yang terendam banjir,” terang dia, Jumat (11/12).
Dijelaskannya lebih detail, pada sehari sebelumnya jumlah lahan persawahan di Kudus terendam banjir mencapai 1.574 hektare kini meningkat menjadi 1.643 hektare atau bertambah sekitar 69 hektare. Pemkab Kudus berupaya melakukan penyelamatan tanaman padi petani.
Selain lakukan penyedotan, saat ini sedang dilakukan pendataan asuransi usaha tani pangan (AUTP) pada petani yang sawahnya rusak akibat banjir. Berdasarkan data dari 45 ribu petani di Kudus, 60% di antaranya ikut Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) berdasarkan program pemerintah dan 40 persen lainnya mandiri. Nor Ahmad