SOLO, GROBOGANEWS.COM — Mahasiswa Sekolah Vokasi (SV) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang berkompetisi dalam Olimpiade Vokasi Indonesia (Olivia) 2020 berhasil memboyong juara 2 dan juara favorit dalam kategori Lomba Video Edukasi.
Mahasiswa UNS tersebut adalah Irfan Muhammad Naufal (D-3 Periklanan), Rifky Daffa Pratama (D-3 Periklanan), Agustina Nur Hapsari (D-3 Periklanan) dan Albertus Hans Surya Hanandra (D-3 Hubungan Masyarakat).
Dalam kompetisi yang digelar pada 11-30 Oktober lalu oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, keempatnya memproduksi film berjudul “Senandika”.
Dengan mengambil latar sebuah Taman Kanak-Kanak (TK) di Desa Tawangharjo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, mereka mengisahkan hambatan yang dialami saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) harus dilakukan secara daring. Seperti terbatasnya sinyal internet, kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu, dan orang tua/ wali murid yang tidak cakap menggunakan teknologi.
Namun, dibalik hambatan yang dialami di TK tersebut, guru, siswa, termasuk orang tua/ wali murid terus mencari akal agar KBM dapat tetap berjalan. Caranya dengan tetap menyelenggarakan pembelajaran secara tatap muka, namun menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) secara ketat.
“Namun, semua hambatan itu tak membuat mereka putus asa. Mereka tetap bersemangat dan suara hatinya membuat mereka bergerak untuk melakukan pembelajaran tatap muka yang pasti juga menerapkan prokes,” ujar Irfan Muhammad, Minggu (15/11/2020).
Mahasiswa angkatan 2019 ini mengatakan, ia bersama rekan-rekannya sudah sejak lama ingin mendokumentasikan KBM di TK tersebut.
“Sudah ada niatan untuk mendokumentasikan, jadi memang keinginan dari kita sendiri untuk mendokumentasikan TK tersebut,” ucapnya.
Melalui film ini, ia bersama rekan-rekannya ingin menunjukkan fakta perbedaan pembelajaran daring di kota dengan di desa.
Dengan hal tersebut, tentunya akan terkuak realita jika infrastruktur dan mutu pendidikan di sejumlah wilayah di Indonesia belum merata. Oleh karenanya, masih perlu bantuan dan perhatian terhadap pembelajaran daring di wilayah yang dinilai masih siap.
Dengan dosen pembimbing, Henricus Hans Setyawan Prabowo, keempatnya menggarap film ini di lokasi syuting selama 2 hari dengan menempuh jarak 2 jam. Mereka juga menghadapi sejumlah kendala seperti harus melalui jalanan rusak, susah mengatur anak kecil saat proses pengambilan gambar, sampai kendala teknis audio.
“Jadi, kita mempersiapkan lomba ini kurang lebih selama 2 Minggu. Kita melakukan observasi selama 2 hari mengulik apa yang akan dimasukkan ke dalam film dan mencari sudut pandang yang orang lain belum banyak tahu. Lalu, membuat konsep dan skrip selama 5 hari, kemudian mempersiapkan alat dan lain-lain sehari. Dan, kita lanjut proses syuting di daerah Wonogiri selama 2 hari, yang diakhiri dengan proses editing selama 2 hari,” jelas Irfan.
Dengan prestasi ini, Irfan mengutarakan harapannya agar dapat berprestasi di lain kompetisi. Ia juga ingin kembali mengharumkan nama UNS di kancah nasional melalui karya-karya kreatif. Prihatsari