GROBOGAN.NEWS Solo

Resah dan Khawatir Kejadian Serupa Terulang, Pedagang Kuliner Korban Order Tipu-tipu Desa Polisi Ungkap Pelaku

Warung bakso dan mie ayam Karnen yang sempat menjadi sasaran penipuan modus orderan fiktif / Foto: Wardoyo

SRAGEN, GROBOGAN.NEWS – Kasus orderan fiktif mengatasnamakan Ponpes An-nhl Hidayatullah di Sragen ternyata masih menyisakan rasa khawatir, was-was di kalangan pedagang.

Karena itulah, sejumlah pedagang kuliner yang menjadi korban kasus penipuan bermodus pesanan makanan fiktif, meminta polisi bisa bergerak mengusut pelaku.

Pasalnya, aksi penipuan dengan modus orderan fiktif itu dinilai sangat meresahkan dan merugikan pedagang.

Meski sempat girang mendapat pesanan, sebagian pedagang akhirnya terpaksa harus gigit jari setelah mengetahui si pemesan ternyata penipu.

“Harapan saya polisi bisa menindaklanjuti dan bisa menangkap pelaku agar tidak ada lagi korban selanjutnya,” tutur Karnen (41) pedagang bakso dan mie ayam asal Teguhan, Sragen, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (1/11/2021).

Pedagang mie ayam dan bakso sekitar lampu merah Teguhan itu menceritaka awalnya ia mendapat pesanan bakso 30 porsi lewat pesan WA pada Rabu (27/10/2021).

Pesanan itu masuk pada pukul 19.00 WIB. Dalam pesannya, si pelaku menuliskan “Assalamualaikum ? saget pesen Bakso 30 porsi, Damel acara mbenjing jam 4 sonten”

 

“Damel panti asuhan An Nahl Hidayatullah JL. Bengawan Solo Pecing Sumengko, Sragen Tengah, Kec Sragen”.

“Kulo pak Deni Sumargo, di anter tmbah ongkir saget,”

Mendapat pesanan itu, hati Karnen sempat girang. Ia kemudian menjawab ia namun ia meminta agar pesanan diambil ke warungnya.

Si pemesan yang mengaku bernama Deni Sumargo itu bersikukuh minta diantarkan ke ponpes dan siap membayar tambahan biaya kirim.

“Saya jawab saya nggak bisa ngantar. Sempat saya sarankan lewat Grab atau Gofood, tapi setelah itu tidak ada respon. Lalu saya malamnya dapat berita nomor WA itu dipakai untuk penipuan. Untungnya nggak jadi saya buatkan,” terangnya.

Karnen menguraikan aksi penipuan itu baru pertama kali ia alami sejak 13 tahun berjualan.

Ia pun berharap pihak kepolisian segera merespon dan menindak tegas pelaku penipuan itu agar tidak semakin banyak jatuh korban.

Dari informasi yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , tercatat puluhan pedagang menjadi korban penipuan bermodus pesanan makanan untuk Ponpes yang beralamat di Sumengko, Sragen itu.

Selain Karnen, ada Rasiah (52) pedagang sate ayam Madura yang mangkal di Teguhan Kidul, Karangmalang, Sragen.

Ia menceritakan awalnya dirinya mendapat pesanan sate ayam 35 bungkus pada Jumat (29/10/2021). Pesanan itu diterima melalui pesan WhatsApp (WA) ke nomor anaknya, Sholehudin (28).

 

Rasiah mengaku sempat senang mendengar ada pesanan sebanyak itu. Baginya, pesanan itu ibarat rejeki nomplok di tengah merosotnya omset penjualan akibat badai pandemi.

“Yang nerima pesanan anak saya si Sholeh. Dia bilang Mak aku dapat pesanan sate Mak, 35 bungkus. Katanya diminta ngantar ke Pondok Pesantren Panti Asuhan An-Nahl Sragen. Pakai nomor WA 081234418130,” papar Rasiah kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (1/11/2021).

Tak lama berselang, si pemesan kemudian memberitahu jika telah mentransfer uang pembayaran melalui rekening.

Dari sinilah, Rasiah mulai curiga. Sebab dirinya terbilang jarang menerima pembayaran lewat transfer. Kecurigaannya makin membuncah ketika pemesan mengaku uang yang ditransfer kelebihan Rp 200.000 dari harga total 35 porsi.

Yang membuatnya makin heran, si pemesan memintanya mentransfer kelebihan bayar itu dalam bentuk pulsa.

Merasa ada yang tak beres, Rasiah pun akhirnya meminta putranya memastikan kebenaran pesanan dan pemesan.

Alangkah terkejutnya ketika putranya mengecek akun Facebook Panti Asuhan An-Nahl Sragen dan mendapati pemberitahuan bahwa ada modus penipuan pesan makanan Mengatasnamakan Ponpes itu.

Mengetahui hal itu, ia pun akhirnya batal membuatkan 35 porsi. Meski bersyukur lolos dari penipuan, ia mengaku agak kecewa karena harapannya mendapat pesanan banyak ternyata hanya fiktif belaka.

“Ya sempat senang kan, ada pesanan banyak pas penjualan agak sepi. Untung saja anak saya memastikan lagi dengan mencari info lebih lanjut pesanan itu dan ternyata nomor tersebut hanya tipu-tipu nomor penipuan dan sudah banyak korbannya,” jelas perempuan yang sudah 30 tahun berjualan sate ayam itu.

Rasiah tak sendirian. Rupanya kisah serupa juga dialami oleh sejumlah pedagang makanan lainnya.

Rasiah dan Karnen masih dinaungi keberuntungan. Sebab ada puluhan pedagang lainnya yang percaya dan langsung mengantar pesanan makanan ke Ponpes An-Nahl.

Modusnya pun hampir sama. Tragisnya, tak hanya terlanjur membuatkan makanan pesanan fiktif, mereka juga termakan modus pelaku dengan menuruti membayar kelebihan transfer lewat kiriman pulsa.

Ketua Yayasan An-Nahl Hidayatullah Sragen Tri Sanyoto menjelaskan bahwa kasus pesanan makanan itu adalah modus penipuan yang mencatut pengurus Pondok Pesantren/ Panti Asuhan An-Nahl Sragen.

Kasus itu terungkap setelah ponpesnya didatangi pedagang yang membawa paket makanan dan pedagang yang meminta kejelasan selama tiga hari.

“Itu intinya mereka dapat pesanan makanan terus atas nama pengurus Pondok An-Hahl. Modus penipuannya transfer pakai rekening. Mungkin dengan dalih kelebihan transfer suruh transfer balik,” kata dia.

Tri mengatakan ada puluhan pedagang kuliner di Sragen kota dan sekitarnya yang tertipu. Tak hanya mengirim makanan ke Ponpes, ada yang tertipu mengirim pulsa Rp 200.000, Rp 300.000 ke pelaku.

Rata-rata setiap pedagang ditipu dengan diminta membuat 35-45 porsi makanan yang diantar ke Ponpes. Namun beberapa di antaranya yang sempat curiga, belum sempat membuatkan pesanan.

“Kami sarankan kalau belum ditransfer belum jangan dibuatkan. Orang itu bukan bagian dari kami,” paparnya.

Dari pengakuan para pedagang, pelaku memesan pakai nama Deni Sumargo dengan nomor 081234418130. Untuk menghindari jatuhnya banyak korban, pihaknya memutuskan membuat pemberitahuan tertulis terkait modus penipuan mengatasnamakan ponpesnya.

“Saat ini pedagang harus waspada dan berhati-hati banyak modus penipuan dengan media sosial dengan menunjukkan bukti transfer yang diedit. Kemudian harus cek apakah sudah tertransfer atau belum. Saran kami itu. Yang terpenting konfirmasi pondok kami memesan. Biasanya orang mau donatur kasih bakso atau apa membutuhkan atau tidak. Kami tidak melapor polisi karena yang lebih dirugikan adalah para pedagang itu. Kami hanya memberikan pemahaman agar mereka lebih berhati-hati,” jelasnya. Wardoyo

Berita ini sudah dimuat di https://joglosemarnews.com/2021/11/korban-penipuan-orderan-fiktif-di-sragen-desak-polisi-ungkap-pelaku-puluhan-pedagang-gigit-jari/2/