SRAGEN, GROBOGAN.NEWS – Guru ngaji asal salah satu desa di Kecamatan Sambungmacan, Sragen berinisial MS atau biasa disebut mbah R (55) ini tak patut menjadi teladan.
Pasalnya, ia berlaku tak senonoh dengan mencabuli para siswi santrinya sendiri.
Untung ada keluarga salah satu korban yang berani melapor ke polisi, dan kini kasusnya sudah diselidiki oleh jajaran Polres Sragen.
Informasi terbaru, korban Ustadz paruh baya itu diduga lebih dari satu orang. Selain santri perempuan berinisial T (12) yang melapor beberapa waktu lalu, satu alumni santri dikabarkan kembali melapor sebagai korban.
Santri perempuan itu kini berusia belasan tahun dan masih di bawah umur. Ia disebut menyusul melapor karena pernah mengalami dugaan pencabulan saat menimba ilmu di taman pendidikan Al-Qur’an (TPA) di kompleks pondok milik sang ustadz.
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber Rabu (6/10/2021), santri itu juga mengalami aksi cabul dengan modus hampir sama.
Yakni ketika selesai mengaji, ia sempat diminta menyapu di gudang kompleks TPA Pak Ustadz. Saat korban berada di dalam gudang, Pak Ustadz itu kemudian menyusul masuk dan menutup pintu.
Kemudian oknum ustadz itu mencoba merayu korban dan berusaha memeluk sambil memegangi alat vital korban.
Namun korban menolak dan berusaha memberontak dengan menendang balik anunya pak Ustadz.
Setelah berhasil melawan, korban kemudian memanfaatkan kesempatan untuk kabur dari dalam gudang.
Dengan adanya korban baru itu, warga pun menduga korban aksi pencabulan itu diperkirakan masih ada lagi. Namun dimungkinkan enggan melapor.
Masih Penyelidikan
Sementara, dari Polres Sragen saat ini masih mengintensifkan penyelidikan dengan meminta keterangan saksi-saksi dan korban.
Saat ini, polisi mengaku masih belum menetapkan tersangka dari kasus tersebut. Namun penyelidikan masih terus dilakukan.
“Untuk kasus dugaan pencabulan di Sambungmacan itu masih penyelidikan. Kita baru mintai keterangan saksi-saksi,” papar Kapolres Sragen AKBP Yuswanto Ardi didampingi Kasat Reskrim AKP Lanang Teguh Pambudi, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM beberapa hari lalu.
Sebelumnya, aksi dugaan tak senonoh itu mencuat setelah salah satu korban, siswi berinisial T (12) yang juga tetangga desa, melapor ke Polres Sragen.
Siswi kelas 1 SMP sekaligus santri di pondok terlapor itu mengaku diperlakukan tak senonoh oleh sang ustadz.
Bersamaan dengan laporan, kerabat korban yakni pamannya berinisial MN, juga menunjukkan sebuah rekaman berisi pengakuan korban terkait kejadian yang ia alami dari sang guru ngaji.
Dalam video berdurasi 47 detik itu, siswi kelas 1 SMP itu mengaku awalnya usai mengaji, dia diminta menyapu di gudang kompleks ngaji di kediaman sang guru.
Saat ia menyapu, tiba-tiba datang oknum gurunya itu menyusul masuk dan kaget ketika pintu gudang langsung ditutup
“Lalu dia minta saya buka celana. Saya bilang mboten Mbah, saru. Ora opo-opo ora tak kapak-kapakne kok. Saya bilang mboten Mbah, mboten,” ujar korban dalam video yang diterima JOGLOSEMARNEWS.COM belum lama ini.
Meski menolak, oknum guru ngaji itu langsung memaksa menurunkan celana dalam korban. Kemudian korban mengaku dipaksa digendong dan terjadilah tindakan tak senonoh tersebut.
“Dimasukin pakai itunya,” ujarnya sembari menunjukkan jari telunjuk.
Kasus dugaan pencabulan itu sudah diadukan ke polisi pada Jumat (3/9/2021) lalu.
T yang saat ini duduk di bangku kelas I SMP mengaku aksi tak senonoh itu dialaminya sekira tiga hari lalu di kompleks pondok milik pak ustadz.
MN menceritakan dugaan aksi tak senonoh itu dialami keponakannya seusai mengaji di pondok terlapor. Kejadian sekitar pukul 17.00 WIB.
“Ceritanya selesai mengaji, korban disuruh nyapu di pondokan. Habis itu disuruh nyapu di gudang. Waktu di gudang, Mbah R (terlapor) terus mengikuti masuk gudang. Habis itu ditanyai terus pintunya ditutup sehingga di dalam cuma dua orang itu,” urainya.
MN melanjutkan di dalam gudang, T kemudian ditanya dengan bahasa tidak senonoh dan ingin melihat seberapa alat vitalnya.
Sontak, T yang sudah duduk di bangku SMP menolak dan bilang hal itu saru (tabu). Meski disergah, terlapor tetap memaksa dengan bilang tidak apa-apa dan hanya ingin melihat.
“Korban waktu itu bilang nggak Pak, jangan Pak. Itu dosa. Habis itu, celana korban langsung dilorotkan hingga selutut. Kemudian terlapor memegangi itunya korban dan jari telunjuknya dimasukkan,” urai MN menceritakan berdasarkan keterangan korban.
Menurut pengakuan korban, saat itu ia berusaha memberontak. Namun tak kuasa melawan karena melihat terlapor memaksa.
Terlapor baru menghentikan aksinya setelah korban memberanikan teriak. Terlapor kemudian mau membuka pintu gudang dan kemudian korban akhirnya pulang.
Meski tak sampai berbuat lebih, keluarga yang mendengar cerita korban, tidak terima. Akhirnya nekat melaporkan kasus itu ke polisi.
MN mengatakan langkah hukum terpaksa dilakukan karena menilai tindakan terlapor sudah tidak pantas mengingat statusnya sebagai tokoh agama yang harusnya jadi panutan.
“Korban setiap sore memang ngaji di tempat terlapor. Kebetulan juga mau kataman. Sejak kejadian itu, kalau anaknya memang tubuhnya agak semok (bongsor),” urai MN.
Mewakili keluarga, MN berharap kasus itu bisa diproses seadil-adilnya. Sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi.
Selama ini terlapor diketahui sudah memiliki istri dan dua anak.
“Beliau memang punya pondok. Dulu banyak anak-anak yang ngaji di situ. Sekarang agak berkurang,” tuturnya. Wardoyo
Berita ini sudah dimuat di https://joglosemarnews.com/2021/10/korban-pencabulan-ustadz-guru-ngaji-di-sambungmacan-sragen-diduga-banyak-ada-santri-disebut-sempat-berontak-dan-kabur-usai-tendang-anunya/2/