GROBOGAN.NEWS Solo

Puskesmas-puskesmas di Sragen Kehabisan Oksigen, DPRD Minta Pemkab Segera Bertindak

SRAGEN, GROBOGAN.NEWS Masih banyaknya kasus Covid-19 yang terus bermunculan dan makin tak memadainya fasilitas penanganan pasien, membuat DPRD setempat prihatin.

Atas kenyataan tersebut, DPRD Sragen mendesak Pemkab untuk segera bertindak.

Fakta itu diungkapkan Ketua Komisi IV DPRD Sragen, Sugiyamto, Kamis (8/7/2021). Ia mengaku miris dengan realita Covid-19 di Sragen dalam 3 minggu terakhir.

Yang pertama, ia mengungkap banyaknya pasien bergejala dan positif covid-19 yang terpaksa harus antri karena kapasitas ruangan Covid-19 di rumah sakit sudah penuh.

Mereka ada yang terpaksa antri di rumah sakit, namun ada juga yang antri dari rumah.

“Ini harus segera dicari solusinya. Paling tidak menambah lagi ruang perawatan. untuk isolasi untuk pasien covid, karena banyak pasien yang tertolak karena kapasitas sudah penuh. Akhirnya kebingungan mau dibawa ke mana dan sebagian tidak terselamatkan,” paparnya.

Kekurangan Oksigen

Kedua, ia meminta Pemkab segera mengoptimalkan pelayanan di Puskesmas terutama ketersediaan oksigen. Sebab hasil pantauannya, dalam beberapa hari terakhir hampir semua Puskesmas kehabisan dan tidak ada stok oksigen lagi.

Sementara, pasien yang membutuhkan oksigen sudah antri-antri. Fakta itu ditemukan salah satunya di Puskesmas Masaran 2, di mana hari ini tadi ada 5 sampai 7 pasien bergejala yang membutuhkan oksigen namun hanya ada 2 pasien yang bisa terlayani dengan oksigen.

“Hal pertama yang harus dilakukan, kami minta segera dikirim oksigen karena hampir semua Puskesmas hari ini tadi kekurangan dan tidak ada oksigen. Ada pasien 5 orang yang dua dapat oksigen, yang lainnya harus antri. Tadi mencari ke mana-mana juga nggak ada oksigen. Dapat tabung kosong, ngisinya yang nggak ada,” tuturnya.

Ketiga, ia mendorong jika Puskesmas tidak sanggup lagi menampung, maka harus segera jemput bola ke desa-desa. Sebab fakta yang terjadi saat ini, banyak warga sakit bergejala mengarah Covid-19 yang terpaksa menjalani perawatan mandiri di rumah.

Mereka biasanya takut untuk ke rumah sakit atau terpaksa dibawa pulang karena tak tertampung lagi.

Dengan tidak terkontrol dan tertangani, akhirnya tak sedikit yang akhirnya meninggal dunia. Kasus itu hampir ditemui di setiap desa dalam kurun 3 pekan terakhir.

“Diakui atau tidak fakta riilnya banyak yang sakit tidak terkendali di rumah dengan gejala hampir sama. Kalau diswab hampir pasti positif.

Mereka tidak terdata karena dirawat di rumah karena takut atau tidak tertampung. Minimal Puskesmas harus jemput bola ke desa-desa koordinasi dengan Kades dan bidan desa.

Menyisir mana saja warga yang sakit di rumah. Minimal diberi infus oksigen dan obat. Kalau nggak gitu, akan makin banyak lagi yang meninggal tiap hari di rumah” tukasnya.

“Bisa dicek hampir 3 minggu ini, hampir semua desa pasti banyak permintaan keterangan kematian meninggal di rumah,” imbuhnya.

 

Meninggal Isoman Makin Banyak

 

Legislator asal Masaran itu menerangkan ledakan pasien mengarah Covid-19 yang dirawat di rumah itu juga riskan menjadi sumber penularan baru.

Sebab dengan tidak terkontrol dan terdata, akhirnya keluarga masih kontak erat dan ketika meninggal dimakamkan biasa. Setelah diswab ternyata positif dan terlanjur kontak dengan banyak orang sehingga ikut tertular.

 

“Kalau yang SDM menengah ke atas berani swab dan ketika tahu positif bisa isoman lalu cari-cari informasi lewat browsing atau kontak-kontak dokter obatnya apa. Tapi yang menengah ke bawah, dikira hanya flu biasa dan pasrah dirawat di rumah sekadarnya. Akhirnya meninggal lalu menular, meninggal lalu menular sehingga mata rantainya penyebaran ini nggak bisa terputus,” tandasnya.

Pihaknya mengakui saat ini tenaga kesehatan dan medis memang kewalahan menangani. Akan tetapi saat ini misi kemanusiaan itu harus tetap dilakukan agar tidak semakin parah dan timbul makin banyak korban.

“Kalau diambil rata-rata mungkin tiap desa satu dua warga ada yang meninggal saat isoman di rumah. Dan kemungkinan besar mereka kalau diswab pasti positif karena gejalanya hampir sama. Hari ini di Desa Pengkok saja sehari 5 orang yang meninggal,” tandasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Hargiyanto menyampaikan selama ini pihaknya terus berupaya melakukan optimalisasi pelayanan dan penanganan.

Untuk ketersediaan kamar perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit terus ditambah secara bertahap. Sampai saat ini, total ruang perawatan pasien Covid-19 sudah mencapai 331 untuk isolasi dan 27 untuk ICU.

“Kamar kita akan berupaya nambah lagi sambil jalan. Untuk oksigen, memang kondisinya kekurangan dan itu sudah kasus nasional. Kami masih mengupayakan,” tandasnya. Wardoyo

Berita ini sudah dimuat di https://joglosemarnews.com/2021/07/situasi-sragen-makin-gawat-dprd-miris-lihat-fakta-tiap-hari-banyak-pasien-isoman-bertumbangan-meninggal-di-rumah-puskesmas-puskesmas-kehabisan-oksigen-pemkab-diminta-segera-bertindak/