SEMARANG, GROBOGAN.NEWS-Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo berharap gerakan ‘Jateng di Rumah Saja’ menjadi momen mengheningkan cipta untuk tenaga kesehatan (nakes), tokoh agama, tokoh masyarakat hingga warga secara umum yang jadi korban COVID-19.
Hal itu disampaikan Ganjar saat menjadi narasumber di TVRI secara live, di rumah dinasnya, Kamis (4/2) lalu.
“Mereka tidak bisa memandikan bahkan melihat keluarganya yang meninggal (karena COVID-19) itu lho. Maka yuk kita hanya berkorban dua hari saja kok, kita bantu para nakes untuk bisa barangkali sedikit saja bernafas,” kata Ganjar.
Terkait gerakan tersebut yang terkesan tiba-tiba, Ganjar mengatakan gerakan dirumah saja sebenarnya sudah digaungkan sejak awal pandemi COVID-19.
“Tidak mendadak, cerita di rumah saja ini sudah sejak awal pandemi, sekarang kita ingatkan lagi sekaligus sebagai wujud empati kita pada tenaga medis dan tukang gali kubur,” ucap Ganjar.
Soal tidak adanya sangsi dalam penerapan gerakan ini, Ganjar menegaskan, tidak ingin menghukum rakyat. Menurut Ganjar, soal regulasi sebenarnya sudah ada, konteks dari gerakan ini adalah membangun perilaku dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protokol kesehatan.
“Kalau hukuman rasa-rasanya saya kok tidak mau menghukum rakyat saya ya. Tetapi Jawa Tengah punya Perda (nomor 11) tahun 2013 itu sudah diatur, dan ini (gerakan ‘Jateng di Rumah Saja’) bicaranya adalah dua hal, yaitu regulasi berjalan tetapi kesadaran juga terbangun,” jelas Ganjar.
Ganjar juga menepis bahwa gerakan ‘Jateng di Rumah Saja’ sebagai sinyal penerapan lockdown. Menurutnya, gerakan ini adalah untuk menegakkan kembali disiplin protokol kesehatan yang menurun.
“Kita sedang belajar disiplin, bukan lockdown. Karena faktanya kedisiplinan masyarakat sudah mulai menurun dan ini yang kita coba lalukan dengan cara lebih persuasif,” tandas Ganjar. Kahlil