GROBOGAN.NEWS Blora

PWRI Blora : Covid-19 Bukan Rekayasa

Ketua Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora Ir. H. Bambang Sulistya. Ist

BLORA, GROBOGAN.NEWS-Ketua Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora Ir. H. Bambang Sulistya,M.MA berharap gerakan serentak Jateng di Rumah Saja yang digagas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bisa lebih menyadarkan warga masyarakat disiplin protokol kesehatan sebagai ikhtiar pengendalian penyebaran COVID-19.

Hal itu disampaikanya ketika berkesempatan menyampaikan kuliah tujuh menit (kultum) setelah salat Subuh berjamaah di masjid Nurul Falah Perumnas Kelurahan Karangjati, Kec/Kab Blora, Minggu (7/2/2021) pagi.

“Alhamdulilah pagi hari ini Minggu Wage, tanggal 7 Februari 2021, atau hari kedua pelaksanaan Jateng di Rumah Saja, saya diberi amanah untuk memberikan kultum Minggu pagi sehabis salat subuh berjamaah di masjid Nurul Falah Perumnas Karangjati, Blora,” kata Bambang Sulistya.

Menurutnya, karena hari ini tanggal tujuh, menurut sebagian orang Jawa Tengah diyakini pitulungan.

“Artinya, semoga yang hadir dapat pitulungan dari Allah, terbebas dari virus Corona dan kebetulan Minggu Wage hari kelahiran saya, maka biar jemaah semangat saya bagikan dorprize sejumlah kaos promosi Blora dan sebuah buku berjudul The Miracle of Seven tentang keajaiban angka 7 dalam Al-Quran,” terangnya.

Sejumlah fakta, seperti dalam QS AL-Thalaq ayat 12, Allah menjadikan tingkatan langit dan bumi belapis tujuh.

Hadist riwayat Al- Bukhari dan Muslim mengatakan Al-Quran diturunkan dalam 7 huruf.

“Disamping itu juga saya bagikan ke seluruh jemaah yang hadir, masker berwarna merah putih untuk memberi makna siap melawan Corona,” tambahnya.

Mantan Sekda Blora itu menyebut, tema yang disampaikan berjudul Testimoni tentang COVID-19.

“Saya mencoba mensarikan dari studi literatur dan menyerap dari berbagai informasi serta membaca dan mendengar testimoni serta mewancari sejumlah orang yang telah sembuh dari COVID-19, baik dari kalangan ulama, teknokrasi, birokrasi dan para praktisi maupun para pejuang kemanusiaan, yaitu para dokter bakan juga kaum awam, masyarakat umum,” ungkapnya.

Dikatakannya, ada tujuh hal yang diperoleh dari kajian testimoni tersebut dengan rumusan A,B,C,D,E,F,G tentang COVID-19.

Adapun maknanya, yaitu A – Ada, bahwa COVID-19 memang ada dan telah banyak memakan korban, bukan rekayasa, bukan konspirasi dan bukan pengalihan isu politik.

“Bahkan di Blora telah disampaikan oleh Bapak Bupati Djoko Nugroho pada hari Senin Legi tanggal 25 Januari 2021 saat beliau sebagai orang pertama vaksinasi dalam sambutan yang mengungkapkan kesedihannya karena kakaknya meninggal dunia akibat COVID-19,” ungkapnya.

B-Bukan Aib, orang positif COVID-19, bukan kutukan dari langit dan bukan hal buruk. Siapa saja bisa kena COVID-19 bahkan kalau sampai meninggal mendapat predikat mati syahid dan orang yang terpapar COVID-19 bisa sembuh.

Kemudian, C-Corona. dimaknai telah menimbulkan musibah, sampai kapan akan berakir kita semua belum ada yg tahu, untuk itu butuh sikap kesabaran yang tinggi.

“Hal itu sesuai Firman Allah dalam Al-Quran (QS Ali Imron 200). Hai orang beriman bersabarlah kamu dan kuatkan kesabaranmu serta bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung,” tuturnya.

Selain itu dalam QS – Ali Imron 146 menyebutkan Allah mencintai orang bersabar.

Berikutnya, D-Dimana virus Corona menyerang manusia, sampai saat ini secara geguyon sasarannya di P4 (Pikiran, Perasaan, Pernapasan dan Pencernaan) sehingga yang perlu dikuatkan sikap mental seorang ketika musibah menerpa.

Menurut Bambang Sulistya, pemikir muslim berpengaruh di dunia, yaitu Ibnu Sina pernah mengatakan bahwa kepanikan separo dari penyakit dan ketenangan separo dari obat kesembuhan.

Selanjutnya, E-Edaran penyebaran virus Corona sampai saat ini diakui melalui droplet yaitu cairan atau cipratan air liur yang dikeluarkan dari seseorang melalui hidung atau mulut saat bersin, batuk maupun saat berbicara sehingga perlunya penegakan disiplin protokol kesehatan 5M.

Yakni, Mencuci tangan dengan sabun. Memakai masker. Menjaga jarak. Membatasi mobilitas dan interaksi. Menghindari kerumunan.

Sedangkan F-Fase gejala positif kena COVID-19 berdasarkan literasi, gejala umum demam suhu naik disertai menggigil dan batuk kering.

Gejala tidak umum, yaitu rasa tidak nyaman dan nyeri, nyeri ditenggorokan, diare, mata merah, sakit kepala, hilangnya indera perasa dan pencium, ruam pada kulit jari tangan dan kaki.

Gejala serius, adalah kesulitan bernafas dan sesak nafas, nyeri di dada atau rasa tertekan pada dada dan hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak.

Akronim yang ketujuh adalah G-Gerak langkah upaya peningkatan imunitas tubuh melalui VW3.

Maknanya V- Vaksinisasi yang saat ini sudah diprogramkan oleh pemerintah wajib kita dukung, tidak perlu diragukan lagi bahwa vaksinasi salah satu solusi utuk membantu masyarakat agar selamat dari COVID-19.

Kemudian W3. W1 adalah wajib melaksanakan protokol kesehatan bahkan di Blora sudah ada perbup 55 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian COVID- 19.

Bagi yang melakukan pelanggaran kena sanksi sosial dan administrasi.

W2, wajib imun. Untuk mewujudkannya selalu berolahraga, banyak istirahat, makan bergizi, minum vitamin (C,B,D,E), minuman empon-empon (jahe, temulawak, sambiloto), minum air kelapa hijau dan minum madu dicampur jeruk nipis.

“Dalam hadist Bukhari disebutkan madu adalah penyembuh dari semua jenis penyakit dan dikuatkan dalam Alquran surat An Nahfal ayat 68-69. Berpikir positif hindari stress,” jelasnya.

Arti W3, lanjut Bambang Sulistya, adalah wajib iman dengan ikhtiar meningkatkan ibadah, memperbanyak baca Al-Quran, banyak berdzikir, banyak berjamaah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

“Dan melakukan puasa sunah Senin Kamis serta perbanyak sedekah atau kepyur,” katanya.

Dengan demikian akhirnya semua penyakit, akarnya hanya 4 hal, yaitu pola pikir, pola hidup, pola makan dan kakehan polah. Ahmad