SRAGEN, GROBOGAN.NEWS – Di Sragen, kini hadir sosok pendakwah yang sedang ngetren dan mampu
membetot perhatian masyarakat. Sosoknya yang eksentrik dan kepiawaiannya membawakan dakwah dan syiar agama dengan balutan seni dan guyonan elegan, membuat sosok kyai ini makin digandrungi.
Meski belum setenar Anwar Zahid atau deretan kyai lainnya, namanya kini mulai banyak diperbincangkan.
Sosok itu adalah MH Syafi’i Asy’ari RB (43). Kyai nyentrik kelahiran Ngawi 1977 silam itu kini menetap di Desa Karangpelem, Kecamatan Kedawung, Sragen.
Berbekal ilmu dakwah mumpuni, suami dari Arrofah (40) itu makin moncer dan dipercaya masyarakat untuk mengisi dakwah di berbagai acara.
“Kebetulan saya juga diamanahi mengasuh Ponpes Sunan Kalijaga di Karangpelem Kedawung. Nah, sambennya (sampingannya) menghadiri undangan syiar atau dakwah dari masyarakat yang punya acara baik hajatan, khitanan atau acara lainnya,” paparnya ditemui JOGLOSEMARNEWS.COM di sela mengisi acara Nada dan Dakwah di hajatan yang digelar Jumbadi, warga Karanganom, Taraman, Sidoharjo, Selasa (29/12/2020).
Kyai dua putra yang identik dengan rambut gondrong dan pecinya itu menuturkan di setiap tampil, ia selalu diiringi Rebana Sunan Kalijaga binaannya.
Sudah hampir 10 tahun, sampingan syiar nada dan dakwah ia lakoni dengan senang hati. Tak hanya di hajatan pernikahan, undangan untuk memberikan tauziah juga hadir dari warga yang punya acara kelahiran hingga kematian.
Metode dakwahnya dengan bahasa sederhana, ceplas-ceplos diselingi banyolan bermakna, membuatnya makin dikenal. Tak ayal, job pun datang silih berganti dari berbagai daerah hingga ke luar Sragen.
“Alhamdulillah, banyak yang cocok. Selain di Sragen, pernah juga diundang ngisi di Wonosobo, Wonogiri, Ngawi, Magetan, Solo hingga Jakarta. Hampir semua kota besar sudah pernah,” tuturnya.
Syafi’i menuturkan setiap kali tampil, biasanya pentas dakwahnya berdurasi sekitar 5 jam. Jika di acara hajatan pernikahan biasanya dari jam 9.00 WIB hingga 14.00 WIB.
Saat ditanya mengapa tergerak menjalankan syiar lewat dakwah dan seni, ia mengatakan tak ada motivasi lain kecuali menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
“Menegakkannya ya lewat seni dan dakwah. Karena dengan seni hidup itu akan lebih indah. Dengan agama hidup semakin terarah dan dengan ilmu hidup terasa mudah,” imbuhnya.
Syafi’i mengaku memilih seni sebagai salah satu media untuk berdakwah karena lebih luwes dan pesan syiarnya jadi mudah diterima masyarakat.
Sebab dalam persepsinya, agama pada hakekatnya baik sehingga hendaknya menyebarkannya pun juga dengan cara yang baik pula.
“Alhamdulillah dengan pembawaan saya, bisa diterima masyarakat. Hampir tiap hari ada undangan dari lokal maupun luar kota. Karena saya nggak saklek, kadang juga kolaborasi dengan campursari dan klenengan. Jadi bisa diterima di semua kalangan. Baik kalangan jemaah, masyarakat umum, bahkan kalangan pemabuk, penjoget, pecinta woyo-woyo dan penjudi pun saya bisa diterima. Itulah cara mengingatkan dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar,” tandasnya.
Putra dari salah satu tokoh agama asal Bangkalan, H Abdur Rahman itu menambahkan selain mengasuh Ponpes dan syiar, dirinya juga aktif dalam kepengurusan di NU maupun MUI Kecamatan Kedawung.
Ia saat ini juga memiliki usaha biro haji dan umrah Bariklana Group yang sudah berjalan hampir 7 tahun. Dengan jaminan pelayanan yang prima, setiap tahun dua kali memberangkatkan jemaah ke tanah suci dan antusias jemaah kian tahun kian meningkat.
Salah satu warga Ngemplak, Taraman, Sarno (42) mengaku sangat terkesan dengan cara dakwah yang dilakukan KH Syafi’i. Menurutnya bahasanya mudah dicerna dan iringan musik rebana yang dikemas modern, membuat pendengar tak gampang bosan. Wardoyo
Berita ini sudah dimuat di https://joglosemarnews.com/2021/01/mengenal-sosok-mh-syafii-asyari-kyai-eksentrik-asal-kedawung-sragen-yang-mendadak-jadi-primadona-syiar-nyentriknya-bikin-warga-berkesan-bisa-masuk-dengan-seni-campursari-hingga-kalangan-pemabuk/