SEMARANG, GROBOGAN.NEWS-Sejumlah daerah di Jawa Tengah menutup destinasi wisata selama libur tahun baru. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya klaster baru.
“Bupati/wali kota saya ucapkan terima kasih karena selama ini sudah aktif dengan menutup tempat-tempat keramaian dan memperketat protokol kesehatannya. Itu akan sangat membantu untuk kita bisa mengatasi persoalan yang ada saat ini,” ujar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Ganjar juga menegaskan kepada seluruh masyarakat agar tidak membuat acara keramaian dan tetap bertahan di rumah untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
“Kita semua sudah sepakat, bahwa tahun baru tidak boleh ada perayaan. Semuanya saya minta di rumah, dan kepolisian sudah sepakat akan melakukan tindakan tegas jika masyarakat masih melakukan aktivitas yang menimbulkan keramaian itu,” katanya.
Lebih lanjut, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jateng, Sinoeng N Rachmadi menerangkan, terdapat enam kabupaten yang menutup semua destinasi wisata antara lain Rembang, Purworejo, Wonogiri, Kudus, Jepara dan Demak.
Selain itu, terdapat dua kabupaten lain yakni Klaten dan Pemalang yang melakukan penutupan sebagian di sejumlah objek wisata.
“Ada delapan daerah yang menutup total dan menutup sebagian destinasi wisatanya selama libur tahun baru. Kami mengapresiasi langkah itu karena ini untuk menjaga timbulnya klaster baru penularan COVID-19 di tempat-tempat wisata,” kata Sinoeng, Senin (28/12/2020).
Ia menerangkan, Kabupaten Demak yang memiliki 2 daya tarik wisata, semuanya ditutup. Diikuti Jepara dengan 9 daya tarik wisata yang ditutup semuanya, Kudus 17 tempat wisata ditutup semuanya, Purworejo 27 obyek wisata ditutup semuanya, Rembang 10 daya tarik wisata ditutup semuanya dan Wonogiri dari 17 daya tarik wisata ditutup semuanya.
“Pemalang ditutup sebagian yakni dari 19 daya tarik wisata, ditutup tiga dan Klaten yang juga ditutup sebagian. Total ada 86 dari 690 daya tarik wisata di Jateng yang ditutup,” jelasnya.
Penutupan itu dilakukan di destinasi wisata yang dikelola pemerintah. Sementara untuk destinasi lain yang tidak ditutup termasuk destinasi yang dikelola swasta, Sinoeng meminta semuanya disiplin menerapkan protokol kesehatan.
“Semuanya harus ketat dalam penerapan protokol kesehatan. Masyarakat silakan melaporkan kami jika menemukan ada destinasi wisata yang melanggar protokol kesehatan, seperti tidak dilakukan pembatasan pengunjung, sarana prasana tidak dipenuhi dan ketaatan protokol kesehatan diabaikan. Pasti akan kami tindak lanjuti dan dilakukan tindakan tegas berupa penutupan,” pungkasnya. Kahlil