SRAGEN, GROBOGAN.NEWS – Pembangunan jalan tol Trans Jawa yang melintasi Sragen, ternyata di sisi lain membuat usaha rumah makan Nurul Huda milik Ponpes Nurul Huda, Gondang Sragen bangkrut.
Menyikapi kondisi tersebut, Kiai nyentrik sekaligus pimpinan Ponpes Nurul Huda Gondang Sragen, Syarif Hidayatullah mengaku sudah berkirim surat ke Presiden Joko Widodo.
Ia mengirim surat ke Presiden dan meminta solusi agar bisa bangkit lagi setelah terpuruk lantaran proyek jalan tol tersebut.
“Saya sudah menyurati presiden. Isinya bagaimana rumah makan Nurul Huda yang dulu laris banget sekarang tidak ada pembelinya dan hampir bangkrut. Kami minta solusi,” papar kyai yang akrab disapa Abah Syarif itu, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (22/4/2021).
Ia menyampaikan solusi yang diminta adalah pemerintah bisa memikirkan membantu ruang bagi pelaku usaha rumah makan yang terdampak jalan tol seperti dirinya.
Misalnya diberikan ruang atau lahan khusus di jalur tol. Dari ruang itu nantinya bisa dipakai untuk membuat rest area yang bisa menampung pemilik usaha kuliner atau UMKM di jalur arteri yang berguguran sejak berdirinya jalan tol.
“Kami minta diberi lahan di tol agar bisa bikin rest area sendiri. Nanti pedagang-pedagang yang terdampak bisa diikutkan. Biar pelaku UMKM pribumi bisa bangkit lagi,” katanya.
Abah Syarif menilai solusi itu diperlukan lantaran sejak ada jalan tol, usaha rumah makannya di Mahbang Sambungmacan kini sudah terpuruk.
“Pribumi seolah terbunuh dengan adanya jalan tol. Sekarang orang lewat semua ke jalan tol. Jadi rumah makan di jalur biasa sekarang sudah makin sepi dan bangkrut. Ini juga harus dipikirkan pemerintah,” imbuhnya.
Aspirasi itu disampaikan bukan berarti dirinya tidak mendukung program jalan tol. Akan tetapi, dampak setelah ada jalan tol terhadap pelaku usaha di jalur arteri mestinya tidak diabaikan begitu saja oleh pemerintah.
Sebelumnya, Abah Syarif menilai kehadiran jalan bebas hambatan itu dituding telah mematikan ceruk pendapatan dan menurunkan omzet rumah makan.
Bahkan sejumlah rumah makan terpaksa bangkrut dan tutup akibat omzet yang makin merosot.
Salah satunya dirasakan oleh rumah makan Nurul Huda miliknya yang berada di Mahbang, Karanganyar, Sambungmacan, Sragen.
Rumah makan di tepi jalan raya Sragen-Ngawi itu kini di ambang kebangkrutan menyusul merosotnya omzet semenjak adanya jalan tol.
Sebelum ada tol, rumah makannya selalu ramai dan banyak pengunjung. Sejak adanya jalan tol dua tahun lalu, omzet makin merosot dan kini nyaris tanpa pengunjung.
“Dulu hari Sabtu, Ahad, Senin, tiga hari nyari Rp 10 sampai Rp 30 juta bersih bisa. Sekarang mau dapat Rp 3 juta kotor saja nggak bisa. Itu pun kalau nggak ada rombongan pribumi yang lewat dan mampir, nggak ada pengunjung,” papar Abah Syarif kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (21/4/2021).
Menurutnya penurunan omzet secara drastis itu tak lepas dari pembangunan tol. Sejak adanya tol, pengendara ke arah Jatim dan ke Jakarta yang biasanya singgah ke rumah makannya, kini beralih lewat jalan tol.
Karena omzetnya makin anjlok, kini petugas di warung makannya juga makin sedikit. Jika dulunya karyawan dan petugas mencapai 150 orang, sekarang hanya tinggal satu atau dua santri saja yang ditugaskan menjaga.
“Itupun hanya berjaga-jaga saja. Karena memang sekarang sepi sekali. Untuk bayar listrik saja nggak mampu. Minimarket juga sepi. Sudah sejak adanya tol semua bangkrut,” ujarnya.
Bahkan di lokasi belakang rumah makan, terpaksa ia merintis usaha baru penggergajian kayu. Hal itu demi bisa menyambung pendapatan karena tidak bisa lagi mengandalkan dari rumah makan.
Ia mengaku sudah pernah mengirim surat ke Presiden Jokowi yang intinya memprotes keberadaan jalan tol yang mematikan usaha kuliner di jalur arteri.
Dalam surat itu ia meminta ada solusi bagi pemilik usaha di jalur arteri agar tidak dirugikan.
“Sejak adanya tol itu pemilik usaha pribumi seperti saya jadi terbunuh,” katanya. Wardoyo
Berita ini sudah dimuat di https://joglosemarnews.com/2021/04/protes-dampak-jalan-tol-kyai-sragen-abah-syarif-mengaku-sudah-surati-presiden-jokowi/