SRAGEN, GROBOGAN.NEWS – Tiga bulan sudah tragedi tabrakan kapal TB Mitra Jaya XIX dengan KM Tanto Bersinar di perairan jalur Barat Surabaya berlalu.
Akan tetapi, belum ada tanda-tanda mengenai upaya penanganan dan pencarian para awak kapal yang menjadi korban.
Hingga tiga bulan lebih sejak kejadian, nasib empat awak Kapal TB Mitra Jaya yang menjadi korban belum juga ada kejelasan.
Pihak keluarga korban pun memprotes sikap pemerintah yang terkesan diskriminatif dalam melakukan penanganan musibah perairan.
Sebab, hingga tiga bulan berlalu, proses pencarian 4 ABK yang hilang di kapal TB Mitra Jaya tak kunjung ada kejelasan. Hal itu dinilai sangat berbeda dengan upaya penanganan musibah perairan lainnya termasuk KRI Nanggala-402.
Fakta itu kembali mencuat dari curahan hati para keluarga awak kapal yang menjadi korban tragedi itu, Minggu (2/5/2021).
Salah satu kerabat awak kapal TB Mitra Jaya bernama Budiantoro (50), Endro menyampaikan sejak kejadian 23 Januari lalu, hingga kini tidak kunjung ada kabar kelanjutan penanganan pencarian empat awak yang hilang.
“Kami sebagai warga negara Indonesia dan keluarga korban Kapal TB Mitra Jaya merasakan ada diskriminasi. Rasanya nggak adil, melihat kapal selam Nanggala yang di kedalaman 800 meter saja diupayakan pengangkatan dan pencarian. Lha om kami yang hilang kapalnya kandas 8 meter sudah tiga bukan tidak ada upaya membalikkan dan mencari jenazahnya,” paparnya kepada wartawan, Minggu (2/5/2021).
Endro menuturkan pembedaan perlakuan pada dua musibah itu sangat melukai perasaan keluarga korban kapal TB Mitra Jaya.
Padahal ia memandang, meskipun bukan kapal milik pemerintah, semua awak kapal di TB Mitra Jaya adalah sesama rakyat Indonesia yang memiliki hak yang sama.
“Kami seakan iri. Sebagai rakyat, sama-sama hidup di Indonesia, kenapa perlakuan untuk musibah saja berbeda. Memang benar, kapal itu milik perusahaan swasta tapi perusahaan swasta kan ada yang mengatur. Yang mengatur ketika dimintai pertanggungjawaban malah lempar lempar siji. Kita jadi bingung harus mengadu ke mana,” terangnya.
Endro tak menampik jika Kapal TB Mitra Jaya yang ditabrak dan Kapal Tanto Bersinar yang menabrak memang sama-sama milik swasta.
Akan tetapi hal itu harusnya bukan jadi alasan pemerintah untuk mengabaikan musibah itu begitu saja.
Sebab kapal itu juga dibawah naungan perusahaan dan diawaki warga Indonesia yang berhak dilindungi dan diperjuangkan apapun kondisinya.
“Setidaknya pemerintah kan punya power, paling tidak institusi mana yang berwenang harus punya taring menekan perusahaan agar bertanggungjawab lah,” tandasnya.
Pihaknya sudah menempuh berbagi jalur untuk memperjuangkan agar pencarian jenazah 4 awak kapal bisa dilanjutkan. Wardoyo
Berita ini sudah dimuat di https://joglosemarnews.com/2021/05/merasa-diskriminatif-keluarga-4-abk-korban-tragedi-tabrakan-kapal-di-surabaya-protes-pemerintah-bandingkan-evakuasi-kri-nanggala-800-meter-dan-kapal-tb-mitra-yang-8-meter-3-bulan-tanpa-kejelasan/