SRAGEN, GROBOGAN.NEWS – Bermula dari mainan korek api dan bensin, hal itu berujung duka mendalam bagi keluarga juragan Siswanto (40) asal Dukuh Pilangsari RT 31, Desa Ketro, Kecamatan Tanon, Sragen.
Pasalnya, hal itu berakibat terjadinya kebakaran hebat yang melanda rumah toko dan gudang miliknya, Sabtu (8/5/2021).
Lebih dari itu, kebakaran itu telah mengakibatkan korban luka-luka 4 orang. Dan ujungnya, tangis sedih yang terjadi, karena dua dari empat orang yang mengalami luka bakar itu meninggal secara beruntun.
Dua korban yang meninggal adalah anak bungsu Siswanto, Elricho Pian Heliyanto (6) dan kakeknya, Hadi Sutrisno Suwardi (65).
Keduanya meninggal akibat luka bakar terlalu parah yang mereka alami. Kakek dan cucu itu meninggal di RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen.
Elricho mengembuskan nafas terakhir sesaat usai tiba di RSUD dan sebentar mendapat penanganan, Sabtu (8/5/2021). Sedangkan sang kakek menyusul meninggal Minggu (9/5/2021) pagi ini pukul 07.45 WIB.
Kabar duka itu dibenarkan Wakil Direktur Bidang Pelayanan dan Mutu RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen, Joko Haryono. Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , ia menyampaikan dua korban kebakaran di Ketro memang meninggal dunia.
Mereka gagal terselamatkan karena kondisi luka bakarnya yang sudah terlalu parah. Persentase tubuh yang terbakar mencapai angka 92 persen sehingga membuat banyak kehabisan cairan.
Bahkan wajahnya menghitam penuh luka bakar dan melepuh.
“Yang anak umur 6 tahun, kemarin baru datang di RS cuma ditangani sebentar lalu meninggal. Karena luka bakarnya parah banget. Hampir 92 persen. Mukanya terbakar parah, KU sudah jelek, mau dipasangi alat sudah nggak bisa. Apalagi kondisi anak yang masih kecil sangat kesulitan,” paparnya via telepon.
Sedangkan sang kakek, Hadi Sutrisno Suwardi meninggal barusaja pagi ini. Sempat bertahan semalaman, kakek paruh baya itu juga gagal terselamatkan.
Menurut Joko, kondisi luka bakar sang kakek juga parah dan hampir seluruh tubuh. Nyaris tak ada sudut yang tidak terbakar dengan persentase kondisi luka bakar mencapai 93 persen.
“Kalau kondisi terbakar hampir menyeluruh seperti itu otomatis banyak kehilangan cairan. Kalau sudah di atas 75 persen apalagi 90 persen. Mungkin kelihatan secara fisik tidak terlalu, tapi kondisi kehilangan cairannya yang berbahaya dan harus segera tertangani. Apalagi jarak Ketro ke Sragen kemarin lumayan memakan waktu,” terangnya.
Dengan meninggalnya dua korban, saat ini tersisa dua korban yakni nenek Samiyem (64) dan kakak Elricho yakni Della Rosita Putri (10).
Keduanya masih menjalani perawatan dan menurut rencana akan dipindah di bangsal ICU hari ini. Joko menyampaikan kondisi terakhir keduanya relatif tidak terlalu parah.
Kondisi luka bakar sang nenek dan cucu itu hanya sekitar 27 persen. Meski demikian, mereka akan dipasang alat bantu memasukkan cairan melalui Vena Seksi.
“Kita akan pasang Vena Seksi. Karena kondisi tangan sulit dimasukkan infus sehingga harus melalui belakang,” terang Dr Joko.
Salah satu warga, Yanto, menyampaikan jenazah Richo meninggal sekitar jam 23.00 WIB dan dimakamkan pagi ini pukul 09.00 WIB di pemakaman desa setempat.
“Yang makam kakeknya ini masih proses penggalian. Dimakamkan di samping cucunya yang baru selesai dimakamkan tadi,” terangnya.
Kabar meninggalnya dua korban kebakaran itu juga dibenarkan anggota DPRD Sragen asal Canden, Ketro, Hariyanto.
Ia juga menyampaikan bahwa dua dari empat korban meninggal dunia yakni sang kakek dan cucu laki-laki. Ia mengaku turut berduka cita atas meninggalnya dua korban tersebut.
Dari kronologi yang diungkap polisi, musibah itu ternyata berawal dari ulah putra bungsu korban yang bernama Elricho Pian Heliyanto (6) bermain korek api.
Fakta itu terungkap dari hasil olah TKP dan penyelidikan yang dilakukan tim Inafis Polres dan tim Polsek Tanon sesaat setelah kejadian.
Kasubag Humas Polres Sragen, AKP Suwarso mengatakan dari keterangan saksi orangtua korban, Hadi Sutrisno Suwardi (65), kejadian bermula ketika dirinya tengah menuangkan BBM jenis Pertalite dari jirigen ke botol ukuran satu literan.
Pada saat bersamaan, si kecil Elricho Pian Herliyanto bermain korek api di dekat Hadi. Rupanya uap Pertalite menjalar dan nyala api dari korek yang dipatok Elricho langsung menyambar ke BBM yang dituang.
Tak ayal, kobaran api langsung menjadi. Api dengan cepat menyambar BBM pertalite yang ada di jeriken. Semua pun langsung terbakar tanpa bisa terkendali.
Banyaknya BBM di drum dan barang mudah terbakar membuat kobaran api makin tak terkendali. Api baru bisa dipadamkan dua jam kemudian dalam kondisi sudah luluh lantak.
“Pemicunya gara-gara anak korban yang bermain korek api lalu menyambar BBM pertalite yang dituang oleh kakeknya. Lalu menyambar dan terjadilah kebakaran,” papar AKP Suwarso, Sabtu (8/5/2021).
Dari hasil olah TKP dan keterangan pemilik rumah, ada ratusan liter BBM jenis Pertalite dan Solar di gudang milik Siswanto, yang ludes terbakar itu.
Kemudian toko dan gudang tidak diasuransikan. Sehingga kerugian itu dipastikan ditanggung oleh korban.
“Benar, pengakuan dari istri pemilik toko bahwa di dalam gudang ada BBM jenis solar sebanyak 100 liter dan 350 liter BBM jenis Pertalite. Semua terbakar,” papar Kapolsek Tanon, AKP Primadhana Bayu Kuncoro, ditemui di lokasi kejadian, Sabtu (8/5/2021).
Selain ratusan liter BBM, kebakaran juga menghanguskan rumah tempat tinggal korban. Kemudian bangunan toko dan sembako senilai Rp 50 juta.
Satu unit sepeda motor Suzuki Thunder juga hangus dilalap api. Berdasarkan taksiran sementara, kerugian diperkirakan mencapai lebih dari Rp 100 juta. Wardoyo
Berita ini sudah dimuat di https://joglosemarnews.com/2021/05/kisah-tragis-korek-dan-bensin-berujung-petaka-di-tanon-sragen-awalnya-hanya-main-kakek-dan-cucu-tewas-terpanggang-api-kini-harus-bersanding-di-makam/