GROBOGAN.NEWS – Hari ini merupakan Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day yang diperingati setiap tanggal 8 Maret. Tahun ini, menjadi peringatan ke-110 Hari Perempuan Sedunia, sejak pertama kali dirayakan pada 1911.
Perayaan Hari Perempuan Sedunia tahun ini pun turut diperingati oleh Google, melalui Google Doodle yang memainkan sebuah video ilustrasi dengan diiringi musik yang memperlihatkan peranan wanita dalam perkembangan dunia.
Lantas bagaimana sejarahnya hingga ada peringatan Hari Perempuan Sedunia?
Dilansir dari laman BBC, Senin (8/3/2021), Hari Perempuan Sedunia muncul dari gerakan buruh yang digelar secara rutin setiap tahunnya hingga diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Berawal dari tahun 1908, saat itu sebanyak 15.000 perempuan melakukan aksi di Kota New York, Amerika Serikat. Mereka menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, serta hak untuk memilih dalam pemilu.
Setahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Sedunia untuk kali pertama. Usulan membuat peringatan untuk kaum perempuan di dunia itu datang dari seseorang bernama Clara Zetkin.
Zetkin menyampaikan gagasannya dalam Konferensi Internasional Perempuan Pekerja yang digelar di Kopenhagen, pada tahun 1910. Agenda tersebut diikuti sekitar 100 perempuan dari 17 negara dan mereka dengan suara bulat menyetujui gagasan tersebut.
Hingga akhirnya pada 1911, untuk pertama kalinya, diperingati Hari Perempuan Sedunia yang berlangsung di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Kemudian di tahun 1975, perayaan Hari Perempuan Sedunia pun diresmikan PBB dengan mengusung tema pertama yakni “Merayakan Masa Lalu dan Merencanakan Masa Depan”.
Peringatan Hari Perempuan Sedunia menjadi perayaan untuk memperingati sejauh mana kaum hawa telah berperan di dalam masyarakat.
Penetapan Tanggal
Saat pertama kali diusulkan oleh Clara Zetkin, peringatan Hari Perempuan Sedunia belum memiliki tanggal yang tetap, hingga akhirnya pada tahun 1917, terjadi aksi mogok menentang Perang Dunia I di Rusia.
Dalam aksi yang berlangsung selama empat hari itu, kaum perempuan Rusia menuntut “roti dan perdamaian”. Situasi perang telah membawa Rusia pada jurang krisis ekonomi.
Sekitar 100.000 perempuan turun ke jalan di Saint Petersburg, yang dulu bernama Petrograd. Mereka menuntut Pemerintah Rusia di bawah kepemimpinan Tsar Nicholas II agar memberi makan pada anak-anak dan mengakhiri PD I.
Tak hanya kaum perempuan, aksi tersebut juga diikuti kaum buruh dan pekerja. Namun aksi yang awalnya berjalan damai berubah menjadi kerusuhan dengan bentrokan antara demonstran dengan pasukan Tsar Nicholas II.
Kerusuhan yang terjadi memicu terjadinya Revolusi Februari pada 23 Februari 1917. Dampak dari kerusuhan itu adalah penguasa, Tsar Nicholas II yang turun tahta pada 15 Maret 1917.
Tanggal 23 Februari saat terjadinya gerakan revolusi itu menurut penanggalan kalender Julius, yang bila dilihat dari kalender Gregorian adalah 8 Maret.
Itulah awal mula penetapan tanggal 8 Maret sebagai peringatan Hari Perempuan Sedunia.