MAGELANG, GROBOGAN.NEWS-Tanduk sapi dan kerbau menghasilkan kerajinan tangan. Pembuatnya berasal dari Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
Sekian lama Desa Pucang telah tersohor sebagai pusat industri kerajinan berbahan tanduk sapi maupun kerbau.
Hal tersebut masih bertahan hingga sekarang, meskipun masa kejayaan industri kerajinan tanduk telah lewat.
“Keterampilan mengolah bahan baku tanduk didapatkan secara turun menurun, sehingga saat dulu ketika banyak pesanan kerajinan tanduk, mayoritas warga di sini menjadi perajin.
Mulai dari perajin kecil hingga ada yang menjadi perajin industri besar dengan 100-an karyawan,” ucap salah satu perajin tanduk Dusun Kalibajang Desa Pucang Secang, Muhammad Nasir, Jumat (25/6/2021).
Nasir mengatakan, dalam memproses bahan baku tanduk, terdapat tiga tahap, dimulai dari proses pembakaran, proses pelebaran, dan proses pembentukan dilanjutkan dengan finishing.
“Rata-rata tiga hari untuk dapat melakukan proses tersebut, sehingga memakan waktu cukup lama dan membutuhkan keahlian khusus, dalam pembakaran dan pembentukan, tidak semua orang bisa karena beresiko tanduk menjadi patah,” terang Nasir.
Adapun bahan baku tanduk, saat ini disuplay dari daerah Boyolali, Semarang, dan Kebumen, atau daerah yang banyak jagal sapi dan kerbau.
“Dulu awalnya bahan baku dari Bali, tapi mulai 2010 ke atas bahan baku naik, dimana ada impor daging, sehingga pemotongan hewan sapi kerbau dalam negeri berkurang.
Dulu bisa dapat ukuran ton, sekarang kwintal karena bahan baku tanduk terbatas,” jelas Nasir.
Karena keterbatasan bahan baku tanduk, saat ini kebanyakan perajin di Pucang beralih ke bahan kayu untuk dibikin kerajinan. Meskipun ada sebagian kecil perajin bertahan membuat kerajinan dari bahan tanduk.
“Proses pembuatan kerajinan tanduk membutuhkan waktu lebih lama dari pada kerajinan kayu. Karena kayu langsung pemotongan dan pembentukan tanpa proses pembakaran.
Secara seni memang lebih baik kerajinan tanduk, namun karena bahan baku terbatas dan tenaga pengolahannya lama, maka harganya lebih mahal dibandingkan kerajinan kayu,” jelas Nasir.
Saat ini Nasir menawarkan produknya secara online, dan permintaan masih selalu ada masyarakat yang mencari kerajinan tanduk.
“Dulu saya kirim ke tempat pariwisata, Borobudur, Prambanan Yogya karena permintaan tinggi, untuk suvernir cinderamata.
Saat ini saya dan perajin lainnya, cenderung memasarkan secara online, karena lebih praktis, dan untuk beli per dosin (lusin) harganya lebih murah,” pungkasnya.RIS | LUS