YOGYAKARTA, GROBOGAN.NEWS – Data tentang jarak akurat luncuran awan panas guguran yang keluar dari kawah Gunung Merapi menjadi penting untuk diketahui selama masa erupsi seperti saat ini.
Data tersebut mutlak dibutuhkan untuk mendapatkan informasi akurat terkait zona rawan bencana dan pertimbangan pengambilan kebijakan oleh pemerintah daerah.
Guna mendapatkan informasi terkait jarak luncuran awan panas tersebut, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengungkapkan bahwa mereka menggunakan perangkat drone untuk memvalidasi jarak luncuran awan panas Gunung Merapi tersebut.
Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida menuturkan sejak memasuki masa erupsi efusif pada tanggal 4 Januari 2021 lalu, hingga saat ini aktivitas Merapi terhitung masih tinggi.
Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya awan panas guguran sejak tanggal 7 Januari 2021. Bahkan pada Rabu (27/1/2021) lalu, kejadian awan panas guguran mencapai 52 kali, dengan jarak luncuran awan panas mencapai sejauh 3 kilometer dari puncak Merapi ke arah hulu Kali Boyong dan Krasak.
“Untuk memastikan jarak luncur awan panas tersebut, kami menerbangkan drone untuk mengambil foto udara di alur Kali Boyong,” kata Hanik, Jumat (29/1/2021).
Hanik menambahkan, hasil foto udara dari drone itu menunjukkan jarak luncur awan panas dapat terukur baik. Sebagai contoh, pada 27 Januari 2021 lalu jarak luncuran awan panas terukur mencapai 3,5 kilometer untuk jarak miring atau 3,2 kilometer jika dihitung jarak horizontal.
“Jarak luncur awan panas guguran masih dalam rekomendasi jarak bahaya yang telah ditetapkan, yaitu pada jarak maksimum 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi,” kata Hanik, seperti dikutip Tempo.co.
Hanik juga menyebut bahwa awan panas masih berpotensi terjadi di Gunung Merapi. Daerah yang berpotensi bahaya awan panas guguran dan guguran lava adalah alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer.
Erupsi eksplosif juga masih mungkin terjadi di Gunung Merapi. Potensi bahaya erupsi eksplosif ini berupa lontaran material vulkanik dalam radius 3 kilometer dari puncak.
Hanik mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut mengingat awan panas guguran dan lahar hujan dapat terjadi sewaktu-waktu.
“BPPTKG terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera kami tinjau kembali,” kata dia.