GROBOGAN.NEWS Semarang

Rumah Sakit Banyumanik 2 Sediakan Ruang Isolasi Untuk Pasien Covid-19, Sebanyak 14 Kamar Disiapkan Khusus

Manajemen Rumah Sakit Umum Banyumanik  (RSUB) 2 Kota Semarang saat menunjukan pelayanan khusus untuk ruang isolasi dan perawatan VIP bagi pasien yang terpapar Covid-19.

SEMARANG, GROBOGAN.NEWS– Rumah Sakit Umum Banyumanik  (RSUB) 2 Kota Semarang menyediakan pelayanan khusus untuk ruang isolasi dan perawatan VIP bagi pasien yang terpapar Covid-19.  Sebanyak 14 kamar telah disiapkan khusus untuk pasien Covid-19.

Dari 14 kamar yang disediakan rumah sakit yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, 12 bed untuk ruang isolasi yang bisa digunakan tanpa dipungut biaya serta dua ruang isolasi VIP yang dilengkapi dengan ventilator.

Direktur RSUB 2, drg Endang Nuriyati, usai  soft opening RSUB 2, Selasa (27/1), kepada awak media, mengungkapkan, masih tingginya penambahan penderita Covid-19 di Kota Semarang, sehingga manajemen rumah sakit berupaya membantu masyarakat yang mengalami kebingungan untuk mencari ruang isolasi.

“Kami berusaha membantu masyarakat yang merasa kesulitan mencari ruang isolasi,” terang dia.

“Untuk itu, kami  menyediakan 12 bed isolasi yang bisa digunakan tanpa dipungut biaya dan dua ruang isolasi VIP yang dilengkapi  dengan ventilator,” sambung Endang.

Dijelaskannya lebih detail, penyediaan ruang isolasi sebagai upaya perawatan yang khusus sehingga penderita yang terpapar dengan tingkatan ringan dan sedang bisa mendapatkan perawatan, makanan bergizi dan vitamin untuk meningkatkan imun.

“Intinya kami berupaya semaksimal mungkin untuk membuat penderita menjadi semakin cepat sembuh. Untuk itu perlu adanya ruang isolasi yang bisa membuat penderita itu imunnya naik terus sehingga penderita Covid-19 itu bisa cepat sempuh dan pulih sedia kala,” terang dia.

Lebih detail, Endang menyampaikan, masyarakat juga berpartisipasi yakni benar-benar tetap patuh dengan protokol kesehatan.

Dengan menerapkan pola hidup sehat, memakai masker, menghindari kerumunan, selalu cuci tangan dengan sabun serta menjaga jarak.

Hal ini agar keadaan dapat pulih kembali, sambil menunggu vaksin yang sudah dilakukan oleh pemerintah.

Pada bagian lain, Direktur Yayasan Manshurin, Prof Singgih Tri Sulistyono mengatakan masyarakat menengah ke bawah memiliki keterbatasan dalam memperoleh layanan kesehatan yang memadai.

Sehingga hal inilah yang memotivasi Yayasan Manshurin mendirikan RSUB 2, adalah upaya untuk membantu negara, dalam menyiapkan dan mengantisipasi bonus demografi.

“Bonus demografi diprediksi mencapai puncaknya pada 2030 dan program pemerintah dalam rangka menyongsong Generasi Emas 2045. Saat itu, usia kemerdekaan Indonesia mencapai seabad. Dan penduduk Indonesia kala itu, mayoritas berusia produktif,” katanya.

Prof Singgih menambahkan sesuai potensi yang dimiliki, RSUB 2 mengembangkan keunggulan dibidang Trauma Center untuk melayani kegawat darutan akibat kecelakaan dan sebab-sebab yang lain, yang menyebabkan ancaman cacat fisik dan kejiwaan.

“Oleh sebab itu RS ini berusaha memberikan pelayanan prima dalam hal IGD, ambulance, laboratorium, radiologi, kamar operasi, ICU, rehabilitasi medik, apotek, dan CT Scan (Computed Tomography Scanning). Selain itu layanan yang dikembangkan adalah Instalasi Gawat Darurat 24 Jam, Poliklinik Kandungan.

Pada bagian lain,  Wali Kota Semarang, Hendrar Prihardi melalui daring, menambahkan, terus berkomitmen persoalan dasar warga Kota Semarang yakni kesehatan dan pendidikan harus bisa selesai.

Pasalnya kalau sakit pasti tidak bisa melakukan aktifitas apapun. Maka warga Semarang harus sehat dan bisa terlayani dengan fasilitas kesehatan secara cepat, murah atau kemudian gratis.

“Untuk itu Pemkot Semarang berkomitmen dititik pelayanan harus bisa difasilitasi secara grtais. Kami membuka pintu seluas-luasnya untuk wilayah swasta untuk ikut terlibat didalam hal ini dengan pelayanan yang baik, cepat dan juga murah,” terang orang nomor satu di Kota Semarang yang akrab disapa Hendi ini.

Hendi pun juga menyampaikan, kenapa pintu tersebut dibuka selebar-lebarnya. Karena jumlah kapasitas tempat tidur RS di Semarang masih belum bisa mempunyai perbandingan yang sangat baik dengan jumlah masyarakat.

“Jadi pintu-pintu swasta untuk membuka RS, klinik kita buka selebar-lebarnya. Agar masyarakat di Semarang tidak ada kesulitan pada saat mereka sakit dan berobat,” kata Hendi. Satria