GROBOGAN.NEWS Semarang

Aktivis Perempuan di Kota Semarang Buktikan Komitmen Tolak Politik Uang

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bersama Wakil Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu, saat menghadiri kegiatan sejumlah aktivis perempuan yang tergabung dalam komunitas Srikandi SeTia belum lama ini. Istimewa

SEMARANG, GROBOGAN.NEWS-Sejumlah aktivis perempuan telah membuktikan komitmen menolak politik uang dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Semarang, 9 Desember 2020 lalu.

Hal itu membuktikan bahwa semangat dan konsep percaya diri apabila perempuan memegang peranan penting dalam memperbaiki kualitas demokrasi.

Kehadiran perempuan pula bukan sebagai pemanis atau hanya pelengkap semata. Namun lebih dari itu, kaum ibu mampu menjadi promoter perbaikan demokrasi di Indonesia.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi pun memberikan apresiasi atas  partisipasi perempuan dalam politik, yang kemudian ikut mendorong peningkatan persentase pemilih dalam Pilwalkot Semarang 2020.

Orang nomor satu di Kota Semarang yang akrab disapa Hendi ini pun menyampaikan bahwa perempuan di Kota Semarang telah berperang penting dalam mendukung semangat menolak politik uang di Ibu Kota Jawa Tengah.

Hal tersebut antara lain diungkapkannya diupayakan oleh Srikandi Setia Hendi melalui sejumlah edukasi pada berbagai elemen di Kota Semarang.

Lebih lanjut Hendi mengakui, meski tak mudah mengikis praktik politik uang, namun keteguhan dari seluruh pendukungnya telah membangun sikap positif masyarakat. Dirinya pun bersyukur, dengan perjuangan yang konsisten, masyarakat Kota Semarang saat ini lebih peduli pada kemajuan kotanya ketimbang politik uang.

“Memang tidak mudah pada awalnya, namun lambat laun Saya merasakan keinginan masyarakat untuk ikut andil membenahi daerahnya semakin besar, lebih dari sekedar uang Rp 20.000,- Rp 25.000,- atau bahkan Rp 50.000,-” tekannya.

Hendi juga menegaskan, selama dirinya berkompetisi dalam pemilihan kepala daerah, dirinya tidak pernah menggunakan politik uang.

“Saya tidak mau kalau politik uang, karena memilih pemimpin itu yang bisa diajak berkomunikasi. Menurut saya sendiri juga buat apa memilih pemimpin hanya demi 25 ribu, kemudian selama 5 tahun tidak pernah diajak diskusi dan komunikasi sama sekali. Entah ada jalan rusak, talud jebol, pemberdayaan perempuan tidak bisa,” pungkasnya.

Untuk itu dirinya berharap Srikandi seTIA Hendi dapat menempatkan diri sebagai penyambung aspirasi masyarakat, dan keatifannya tidak berhenti pada momentum Pilkada saja.

“Maka saya harap peran Srikandi seTIA Hendi tidak berhenti di sini, perjalanan masih panjang. Panjenengan menjadi penyambung antara pemerintah yaitu Hendi Ita, masyarakat yang merupakan perjuangan kita. Kita saling mengingatkan karena kita semua tujuannya berjuang untuk masyarakat Semarang. Langsung dielingke ojo dibathin (langsung diingatkan jangan dibatin),” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Srikandi seTia Hendi, Kusrini, meyakinkan komunitasnya akan terus mendorong para perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan Kota Semarang.

“Kami edukasi kepada para perempuan supaya tidak hanya nyoblos, jangan hanya mengharapkan bantuan. Tetapi buatlah program yang bermanfaat bagi lingkungan dan wilayahnya, ikut dalam musyawarah perencanaan pembangunan,” tegas Kusrini. Kahlil