JAKARTA, GROBOGAN.NEWS – Pandemi Covid-19 membawa dampak yang cukup besar bagi dunia, termasuk Indonesia. Salah satu bidang yang paling terdampak pandemi adalah ekonomi.
Banyak perusahaan yang terpaksa gulung tikar akibat pandemi, sementara yang bertahan, tak jarang harus melakukan pengurangan tenaga kerja. Akibatnya, banyak orang menjadi kehilangan pekerjaan alias pengangguran.
Dampak tersebut juga dirasakan di Indonesia, di mana jumlah pengangguran di Tanah Air diprediksi akan bertambah 2,67 juta orang selama tahun 2020, sebagian besar disebabkan oleh pandemi.
“Dengan demikian tahun 2020 ini lapangan kerja yang tercipta pun terbatas bahkan cenderung menyusut bapak ibu semua,” ujar Direktur Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kementerian PPN/Bappenas Mahatmi Parwitasari Saronto dalam diskusi virtual, Sabtu (28/11/2020).
Dalam paparannya, Mahatmi menyebutkan, sekitar 29,12 juta orang atau 14,28 persen penduduk usia kerja terdampak pandemi Covid-19. Sementara ada 2,67 juta orang yang akhirnya menganggur, 1,77 juta orang sementara tidak bekerja, dan 24,03 juta orang mengalami pengurangan jam kerja.
Dengan pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,5 – 5,5 persen tahun 2021, Mahatmi memperkirakan pengangguran di Indonesia akan mencapai 8,3 sampai 9 juta orang. Sehingga tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 5,9 hingga 6,5 persen.
“Pada tahun 2021 kami berharap ekonomi dapat cepat pulih dengan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,5 sampai 5,5 persen. Sehingga dapat tercipta sekitar 2,3 sampai 2,9 lapangan kerja dan TPT dapat turun,” ujar dia.
Butuh 3 Juta Lapangan Kerja
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, butuh lebih dari tiga juta lapangan kerja untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level sebelum pandemi Covid-19. Sehingga dapat menstimulus tingkat daya beli konsumsi rumah tangga dari pasar domestik.
“Apabila kinerja ekonomi Indonesia ingin dikembalikan pra-Covid-19. Indonesia minimal harus menciptakan lebih dari 3 juta lapangan kerja untuk mengembalikan daya beli masyarakat ke level sebelum pandemi,” tuturnya dalam webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021, Kamis (26/11/2020).
Shinta mengatakan, lesunya ekonomi nasional di masa kedaruratan kesehatan ini lebih disebakan oleh turunnya permintaan konsumsi rumah tangga. Salah satunya, akibat turunnya daya beli setelah banyak tenaga kerja yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK). “Padahal, konsumsi domestik ini driver ekonomi nasional supaya bisa pulih ke level sebelum pandemi,” imbuh dia.
Oleh karena itu, menurutnya pemerintah harus segera menyediakan lapangan kerja guna menstimulus tingkat daya beli masyarakat. Jika hal itu tercapai, diyakini akan dapat memutus tren negatif pertumbuhan ekonomi Indonesia yang telah berlangsung selama dua kuartal berturut-turut.
“Memang untuk menyerap pekerja sangat berat. Tapi ini agar ekonomi nasional supaya bisa pulih ke level sebelum pra-Covid-19,” tegasnya. Liputan 6