GROBOGAN.NEWS Semarang

Kebutuhan Logistik Kesehatan Selama PPKM Skala Mikro Dipersiapkan

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo. Ist

SEMARANG, GROBOGAN.NEWS-Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyiapkan dukungan logistik kesehatan, untuk pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro pada 9-22 Februari 2021.

Selain itu, bantuan juga direalisasikan dengan pelatihan tenaga lacak (tracer) secara daring.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo memaparkan, dukungan logistik kesehatan tidak hanya bersumber dari Pemprov Jateng. Pemerintah pusat, kabupaten atau kota hingga pemerintah desa juga bisa berperan dalam pemberlakuan PPKM Mikro.

“Banyak dukungan logistik dari pemerintah pusat provinsi, kabupaten atau kota. Pemerintah desa juga bisa menganggarkan delapan persen dari dana desa,” terang Yulianto Prabowo seusai menghadiri rapat penanganan Covid-19, Senin (8/2)..

“Jadi dari sumber anggaran cukup banyak, bisa dipakailah karena pandemi  ini prioritas. Hari ini mengajukan kebutuhan anggaran tersebut,” imbuh Yulianto.

Menurutnya, selain dukungan logistik kesehatan Pemprov Jateng juga membekali teknis pelacakan (tracing) kepada Satgas Jogo Tonggo atau pemerintah desa.

Hal itu mengingat keterbatasan petugas dari puskesmas. Pelatihan tersebut bisa dilakukan melalui daring.

“Bisa dibantu dari Babinsa, Bhabinkamtibmas, Satgas Jogo Tonggo, kita bekali teknis bagaimana tracing, bagaimana mencegah infeksi, pembekalan logistik rapid test antigen, kemudian alat pelindung diri,” imbuhnya.

Ia menyebut, setiap wilayah prioritas (zona merah dan oranye) memiliki setidaknya tiga tim tracing. Setiap tim idealnya memiliki tiga anggota.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan telah mengklasifikasikan zonasi daerah, berdasarkan risikonya.

“Kalau lihat peta zonasi kabupaten atau kota dengan risiko tinggi ada lima (wilayah), risiko sedang ada 30  (wilayah). Sementara peta zonasi kecamatan risiko tinggi 25 (kecamatan), risiko sedang 475 (kecamatan), risiko rendah 58 (kecamatan), sedangkan 18 (kecamatan) tidak ditemukan kasus,” terang Ganjar.

“Kalau peta zonasi kelurahan atau desa, risiko tinggi 158 (kelurahan/ desa), sedang 2.468 (kelurahan/ desa), risiko rendah 1.275 (kelurahan/ desa), dan tidak ada kasus 4.671 (kelurahan/ desa),” sebutnya.

Ganjar melanjutkan, untuk wilayah yang masuk zona merah dan orange agar menyiapkan tempat untuk isolasi mandiri.

“Puskesmas ditambah Babinsa, Bhabinkamtibmas akan galakkan bantuan tracer, peralatan didukung setidaknya ada rapid test antigen yang nanti akan di taruh di sana. Teknisnya akan dibicarakan,” pungkas Ganjar. Satria