GROBOGAN.NEWS Semarang

Inilah Cerita Kepala KAI Daops IV Semarang Donorkan Plasma Konvalesen

Ilustrasi petugas medis tengah melaksanakan proses donor plasma konvalesen untuk membantu pasien lain yang sedang berjuang sembuh dari Covid-19. Istimewa

SEMARANG, GROBOGAN.NEWS-Imbauan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo agar penyintas Covid-19 yang sembuh, mau mendonorkan plasma konvalesen, menggugah Kepala Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 4 Semarang, Muhamad Nurul Huda Dwi Santoso untuk mendonorkan plasma konvalesen. Tujuannya, membantu pasien lain yang sedang berjuang sembuh dari Covid-19.

Ditemui di kantor PMI Kota Semarang baru-baru ini, Nurul Huda menceritakan kisahnya. Dia tergerak hatinya menjadi pendonor plasma setelah adanya ajakan gubernur di sejumlah media massa.

“Oleh karena itu saya datang ke PMI Kota Semarang, kemudian dilakukan serangkaian tes, apakah antibodi saya masih ada,” bebernya.

Selanjutnya, dia menjalani serentetan tahapan yang merupakan persyaratan untuk mendonorkan plasma. Sampai dua jam kemudian, petugas PMI menyatakan jika dirinya layak untuk mendonorkan plasma.

Dia pun melakukan donor plasma hingga dua kali. Motivasi dirinya melakukan donor plasma, karena dia percaya dibalik Covid-19 yang pernah dideritanya, selalu ada hikmah, yakni terdapat antibodi di tubuhnya.

“Jadi kena musibah sempat positif Covid. Hikmahnya, saya sudah memiliki antibodi kekebalan,” sambungnya.

Nurul Huda mencoba menjadi pendonor plasma, agar hidupnya berguna untuk sesama.

“Bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat untuk sesama,” ucapnya.

Dituturkan, sebagai orang yang bekerja di sektor transportasi kereta api, dia lebih sering bertemu dengan orang banyak. Tidak heran jika itu membuatnya pernah terpapar virus Corona.

Untuk menjaga diri, pihaknya melakukan sejumlah tes kepada jajaran karyawan di lingkup PT KAI Daop 4 Semarang. Bila dari tes ternyata reaktif, yang bersangkutan harus menjalani isolasi.

Percepat Penyembuhan

Seorang penerima donor plasma yang akhirnya sembuh dari Covid-19, yaitu Dr dr Shofa Chasani asal Kota Semarang. Pria ini mengaku pemberian plasma ke dalam tubuhnya, mempercepat penyembuhannya dari Covid-19.

Pria yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam ini menyampaikan, dia terinfeksi Covid beberapa bulan lalu, setelah sebelumnya mengalami sesak nafas. Dia pun harus menjalani perawatan di RS Kariadi Semarang.

“Oleh dokter yang merawat, saya diberikan plasma,” kata Shofa di kediamannya di Pamularsih Kota Semarang.

Dia merasakan tubuhnya menjadi lebih adem dan sesak nafas pun menjadi berkurang. Semakin hari, kondisi tubuhnya kian membaik meski dia tidak serta-merta sembuh dengan cepat.

“Plasma konvalesen itu pasti ada gunanya. Walaupun mungkin pada pasien lain belum tentu, karena ada efek samping dan sebagainya. Secara pribadi, pada waktu diberikan plasma itu merasakan lebih baik. Di samping obat-obat yang lain,” ucap Shofa.

Dia berharap agar para penyintas Covid-19 yang sembuh, untuk mendatangi kantor PMI, guna menjadi pendonor plasma konvalesen. Sehingga dapat menolong penyintas Covid-19 yang lain.

Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Semarang dr Ana Kartika menjelaskan, ada beberapa kriteria seseorang bisa menjadi pendonor plasma. Antara lain, sehat, umur 18-60 tahun, berat badan lebih dari 55 kg, pernah positif terinfeksi Covid-19, dan ada hasil negatif PCR setelah 14 hari sembuh.

Selanjutnya, PMI akan memeriksa titer antibodi si pendonor. Adapun untuk tingkat kesembuhan pasien Covid-19 usai menerima plasma, sampai saat ini masih dalam penelitian.

“Di Kariadi (RSUP Kariadi) yang kami dengar 70 persen dari pasien Covid yang menerima plasma, responnya bagus. Tapi hasil penelitian belum dipublikasikan, masih dievaluasi lagi,” kata Ana di kantornya.

Adapun untuk meningkatkan jumlah pendonor plasma, PMI berkoodinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk memperoleh data pasien Covid-19 yang telah sembuh. Kemudian, PMI menghubungi penyintas Covid yang sembuh.

“Kota Semarang sih, kami sudah mengambil donor sekitar 100 orang pendonor. Jadi kami bisa menghasilkan 250 kantong darah dari awal kami mengambil plasma,” tandasnya. Kahlil Tama