GROBOGAN.NEWS Umum Magelang

Dihantam Pandemi, Pelaku Usaha Pengolahan Kacang Mete di Blora Terus Bertahan

Pengusaha kacang mete di Desa Jatirejo, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora melakukan pemprosesan biji jambu monyet tetap dilakukan untuk memenuhi pesanan dan pemasaran di toko dan swalayan. Istimewa

BLORA,GROBOGAN.NEWS– Wabah Corona atau Covid-19 menghantam berbagai sektor kehidupan masyarakat dunia, tak kecuali para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Mereka pun terus berjuang bertahan di tengah pandemi yang hingga kini belum usai.

Pengusaha kacang mete di Desa Jatirejo, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora bertahan di masa pandemi Covid-19.

Pemprosesan dari bahan biji jambu monyet tetap dilakukan untuk memenuhi pesanan dan pemasaran di toko dan swalayan.

Yasir (55) salah seorang pengusaha kacang mete di Desa Jatirejo mengatakan biji jambu monyet dibeli dari sejumlah warga dan petani yang memiliki pohon jambu monyet.

“Saya beli biji jambu monyet dari warga dan petani. Pohon jambu monyet berbuah setahun sekali, jadi begitu musim buah langsung saya beli, beberapa warga dan petani justru menginformasikan kemudian saya datangi,” kata Yasir, di Desa Jatirejo, beberapa waktu lalu.

Harga pembelian biji jambu monyet dari petani, kata dia, sebelum pandemi Rp14.000 per kilogram, namun pada musim buah di saat masa pandemi ini turun menjadi Rp9.000 per kilogram.

Setelah dikumpulkan, biji-biji jambu monyet itu dijemur. Jika sudah melewati masa penjemuran atau pengeringan selama minimal dua hari, biji kacang mete yang masih memiliki kulit ini masih harus melewati tahap penyimpanan.

“Tujuan penyimpanan ini adalah agar biji kacang mete yang ada di dalam terlepas dari cangkang luarnya sehingga nantinya akan mudah di buka pada tahapan selanjutnya,” terang Yasir.

Sehingga pada tahapan ini, biji kacang mete yang akan disimpan telah benar-benar kering agar biji kacang mete tidak berubah menjadi coklat saat disimpan.

Setelah disimpan beberapa lama, maka tahapan selanjutnya dari cara mengupas kacang mete adalah mengupas cangkang luarnya.

“Pengupasan cangkang bagian luar kacang mete ini membutuhkan usaha yang cukup keras. Agar memudahkan proses pengupasan kulit atau cangkang luar kacang mete ini, terlebih dahulu melakukan penyangraian pada kacang mete tersebut,” jelasnya.

Setelah disangrai, kacang mete disiram dengan menggunakan air dingin dan kemudian dikupas satu persatu dengan dipukul menggunakan alat kacip (penjepit).

“Setelah kulit luar atau cangkangnya terkupas, masih perlu melakukan penjemuran tahap kedua. Di mana, penjemuran kedua ini bertujuan untuk mengurangi kadar air di dalam kacang yang nantinya akan memudahkan dalam proses pengupasan kulit ari,” ungkapnya.

Tahapan pengupasan kulit ari ini merupakan tahapan terakhir dari cara mengupas kacang mete. Di mana, pengupasan kulit ari ini tahap yang paling mudah dibandingkan dengan tahap-tahap sebelumnya.

“Proses yang cukup memakan waktu ini membuat harga kacang mete bertahan dibandingkan harga beli bahannya dari petani. Harga kacang mete mentah super Rp140.000 per kilogram,” kata dia.

Yasir mengaku, menekuni usaha itu sudah lebih dari 20 tahun. Ada beberapa rekan dan kelompok pengusaha mete seperti Jepon dan Todanan.

Menjelang hari raya keagaaman seperi Idul Fitri dan Natal, biasanya omzet pesanan kacang mete meningkat.

“Alhamdulillah, meski cukup rumit prosesnya, tapi bisa menambah penghasilan keluarga,” kata dia. Ahmad