GROBOGAN.NEWS Umum Magelang

Pengenalan Seni Wayang Kulit untuk Pelajar TK dan SD di Kota Magelang

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang menggelar sosialisasi media wayang kulit sebagai bahan pembelajaran pendidikan karakter bagi seluruh pendidik TK se-Kota Magelang, di Aula Disdikbud, Jumat (11/12) kemarin. Foto : Istimewa

MAGELANG, GROBOGAN.NEWS-Asal usul perkembangan seni wayang kulit memang tidak tercatat secara akurat dalam sejarah di Bumi Nusantara.

Namun, saat ini orang selalu mengingat dan merasakan kehadiran wayang dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk itu pelestarian wayang kulit kepada generasi bangsa menjadi hal yang fundamentalis.

Alasan hal tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang menggelar sosialisasi media wayang kulit sebagai bahan pembelajaran pendidikan karakter bagi seluruh pendidik TK se-Kota Magelang, di Aula Disdikbud, Jumat (11/12) kemarin.

Workshop bertajuk “Seni Pertunjukan Wayang, Digitalisasi untuk Pendidikan Karakter Anak Usia Dini” ini diikuti 68 guru TK se-Kota Magelang. Mereka serius mengikuti materi yang disampaikan akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Kepala Disdikbud Kota Magelang, Agus Sujito mengatakan, pemilihan media wayang kulit, dinilai tepat sebagai pembentukan karakter. Selain itu, adanya penanaman nilai positif yang bisa diambil dari tokoh pewayangan.

“Kami memilih wayang agar ke depan bisa diaplikasikan guru-guru TK kepada anak didik mereka, untuk menanamkan nilai, dengan contoh konkret dan perilaku yang mencerminkan nilai positif tokoh wayang,” kata Agus.

Seluruh guru TK diharapkan mampu mengetahui masing-masing dari karakter pewayangan. Terlebih lagi, membuat wayang kulit sekarang ini bukanlah hal yang sulit.

“Bisa pakai wayang kertas atau metode lain, yang penting karakter atau tokoh pewayangan ini bisa sampai di benak anak-anak didik, terutama usia dini,” paparnya.

Dengan mengenalkan wayang kepada peserta didik usia dini, sebut Agus, para guru juga telah berperan melestarikan kebudayaan lokal. Di samping itu, media wayang kulit juga dianggap menarik sehingga menghindari kejenuhan siswa.

“Cerita wayang itu kan sangat menarik. Ini akan menggugah siswa untuk menikmati jalan ceritanya, mengenali tokoh-tokoh positifnya, kemudian menerapkan dalam kehidupan sehari-hari,” paparnya.

Ia melanjutkan, dalam setiap pagelaran, dalang bisa menyisipkan nilai-nilai dan muatan pendidikan moral melalui lakon yang dimainkan. Materi ini akan disesuaikan dengan tingkat pendidikan siswa. Harapannya, seni bisa menjadi filter terhadap perkembangan dampak era globalisasi.

“Anak usia dini merupakan ahli waris kekayaan budaya yang saat ini terus berusaha dilestarikan. Kami ingin membangun kecintaan siswa terhadap kebudayaan lokal melalui proses pendidikan di TK,” kata Agus.

Agus mencontohkan, karakter dalam cerita pewayangan asli Indonesia yang terkenal adalah Punakawan yang terdiri atas empat tokoh, yakni Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

“Dari Semar misalnya, bisa diambil pelajaran bahwa seseorang harus tetap rendah hati, jujur, dan bijaksana. Rasa peduli Semar terhadap yang diabdinya sangatlah tinggi,” tuturnya. F Lusi