GROBOGAN.NEWS Umum Magelang

Mengenal Komunitas Penyandang Tuli Temanggung, Diajak Ikuti Pelatihan Stensil

Komunitas Kampung Dongeng Temanggung bersama sejumlah seniman Graphic Victims Yogyakarta  tergugah menyelenggarakan pelatihan seni stensil untuk penyandang tuli di Kabupaten Temanggung. Kegiatan sosial yang mendorong penyandang tuli untuk berkesenian itu digelar di Sekretariat Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI)) Jalan Gajah Mada No 17 Sidorejo Temanggung, Minggu (27/12) lalu. Istimewa

TEMANGGUNG,GROBOGAN.NEWS-Penyandang tuli merupakan kondisi seseorang dimana mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar.

Kekurangan tersebut baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran yang dimiliki.

Hal ini yang menghambat komunikasi dengan orang sekitar karena kurang begitu mengerti cara berkomunikasi dengan penyandang tuli.

Komunitas Kampung Dongeng Temanggung bersama sejumlah seniman Graphic Victims Yogyakarta  tergugah menyelenggarakan pelatihan seni stensil untuk penyandang tuli di Kabupaten Temanggung.

Kegiatan sosial yang mendorong penyandang tuli untuk berkesenian itu digelar di Sekretariat Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI)) Jalan Gajah Mada No 17 Sidorejo Temanggung, Minggu (27/12) lalu.

Ketua Komunitas Tuli Temanggung Bersenyum Dwi Kusuma Wirawan (24) dalam bahasa isyarat yang diterjemahkan seorang penerjemah bernama Susi (35), mengaku senang dan berterima kasih atas pelatihan seni stensil ini. Sebab, dengan pelatihan ini mereka mendapatkan ilmu baru.

“Kami merasa senang ada kesempatan pelatihan ini bersama dengan komunitas Kampung Dongeng dan Graphic Victims yang telah mengajak teman-teman tuli Temanggung untuk mendapatkan ilmu baru. Kami berharap teman-teman tuli yang lain bisa mendapatkan pelatihan yang sama,” katanya.

Koordinator Graphic Victims, Digie Sigit mengatakan, seni stensil merupakan salah satu teknik dalam seni grafis, yang merupakan bagian atau varian dari seni rupa. Ia berharap melalui pelatihan, disabilitas tuli bisa mengambil manfaat dari pengalaman estetika ini. Apalagi, karya Sigit telah mendunia, salah satunya dijadikan perangko di negara Austria.

“Biasanya kita kenal hanya dua, yaitu seni lukis dan patung tetapi sebenarnya ada satu lagi seni grafis atau seni cetak, salah satu tekniknya dengan stensil ini,” jelas dia.

“Kami berharap nantinya teman-teman sahabat tuli bisa mengambil manfaat dari pengalaman estetika ini. Setidaknya untuk dijadikan bahan membangun semangat bersama,” ujarnya lebih lanjut di sela pelatihan.

Dikatakan, pemberian pelatihan itu merupakan salah satu bentuk tanggung jawab moral seniman untuk membagikan ilmunya kepada masyarakat luas.

Ia berharap ke depan generasi penerus Indonesia bisa hidup lebih baik. Melalui pelatihan ini membuktikan, para penyandang tuli pun bisa berkarya, yang membedakan hanya perbedaan metode komunikasi saja.

Menurutnya, dalam pelatihan seni stensil para peserta harus membuat cetakan dari kertas dengan cara melubangi kertas sesuai gambar yang diinginkan.

Cetakan tersebut kemudian ditempelkan pada kanvas, lalu disemprot menggunakan cat warna warni.

“Seni stensil ini cukup sederhana dan bisa menyadarkan kita kalau membuat karya tidak sesulit yang dibayangkan dan ini bagian kita mendekatkan aktivitas kesenian ke publik,” terang dia.

“Saya merasa bersyukur bisa bertemu dengan sahabat tuli Temanggung karena ada satu garis merah yang yaitu bahasa visual. Karena apapun disiplin ilmunya memiliki benang merah,” katanya.

Para teman tuli ini tampak menikmati setiap proses berkesenian. Namun supaya penyampaian pesan dapat dimengerti oleh penyandang tuli, ada penerjemah bahasa isyarat.

Program mandiri ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh komunitas lain sebagai bagian dari membangun Indonesia agar lebih baik dan lebih maju. F Lusi